Bedah Buku A Tribute to Doctors, Edukasi
dan Donasi
Sudah
lama banget aku nggak ikutan acara bedah buku atau bedah karya. Rasanya ada
saja gitu kegiatan yang mengejar-ngejar musti terselesaikan. Untunglah, tanggal
20 Oktober 2019 kemarin, tepatnya di hari Minggu, aku bisa datang ke acara
bedah buku spesial. Kebetulan pas nggak ada acara lain. Langsung deh daftar dari
jauh-jauh hari.
Bedah Buku A Tribute to Doctors |
Kubilang
spesial karena ini bedah buku terbitan indie. Yang pemasarannya juga dilakukan
sendiri, promo juga sendiri. Spesialnya lagi penjualannya uwowow! Bikin yang tahu melongo super lama. Berapa
exsemplar? Kepo ya? Aha!
Buku
Antologi A
Tribute to Doctors digagas dan digawangi oleh Mbak Hany Panjaitan.
Seorang emak rumah tangga yang suka dan sibuk menulis di rumah. Di sela
kegiatannya mengurus keluarga serta menerima beragam pesanan kue. Super woman
banget ya, aku selalu salut dengan wanita yang masih sempat melakukan hobi
walaupun kesibukannya tak bisa ditawar.
Dalam
buku dengan 15 penulis ini, pernah juga kureviw lho. Biar nggak bingung, bisa
lihat di Review Buku Antologi A Tribute to Doctors
Bedah
buku bertempat di Perpustakaan Daerah Salatiga. Acara berlangsung pagi hari,
jam 09.00 WIB. Dari rumah otw jam 07.00 karena rumah di gunung. Barengan sama
teman-teman Penulis Ambarawa atau Penarawa. Yaitu Bu Yanti, Bu Maria dan Bu
Widyastuti (yang kukenal di dalam mobil). Meluncurlah kami ke tepat acara.
Bertemu Langsung Penulis
Antologi A Tribute to Doctors
Formasi kurang lengkap, hehehe |
Meskipun semua penulis di buku ini nggak kumpul semuanya, di
sana sudah ready 5 orang penulis buku antologi ini lho. Mbak Hany Panjaitan, Mbak Dini Veridatun, Mbak
Fitriana Dyah, Mbak Siti Nurun Na’imah dan Mbak Reni.
Senangnya berkenalan dengan mereka. Sayangnya aku lupa nggak bawa bukunya untuk
minta tanda tangan. Ough.. nyesel banget. Ketemu penulis-penulis kece
penyemangatku ini.
Bertemu Teman dan
Komunitas Baru
Peserta
bedah buku dari beragam tempat lho. Ada yang dari Ungaran, Ambarawa, Semarang, Salatiga,
Solo, Yogyakarya dan Temanggung. Nah selain ketemu teman-teman baru. Dari
Temanggung hadir dengan komunitasnya.
Adalah
Keluarga Studi Sastra 3 Gunung atau biasa disingkat KSS3G Temanggung. Ini
komunitas yang inspiratif dan aktif banget kegiatannya. Sering iri lho, kapan
gitu bisa ikutan sampai Temanggung. Salah
satunya Mbak Dini Rahmawati, temanku blogger yang datang dengan rombongan.
Pembedah
buku kali ini adalah Mas Muchlas Abror, seorang guru, penulis bahkan musisi
dari Temanggung. Ada suhu idola yang datang juga, Pak Roso Titi Sarkoro.
Uwowow, beliau inspiratif banget karyanya. Baru sekali ini aku bertemu dengan
beliau.
Oh
ya, mumpung di Perpusda, aku menyempatkan diri keliling perpustakaan nan indah
ini. Setelah ini itu, baca-baca bentar di perpustakaan yang keren banget dan nyaman
di lantai dua. Sebelum acara akhirnya dimulai.
Literasi, Tak Pernah Mati
Dengan
MC mbak Siti Nurun Na’imah, acara mulai bergulir. Membuka acara dengan doa dan
sepatah dua patah kata. Sang moderator Bu Maria Utami Kepala Sekolah SMP 2
Jambu, mulai mengisi acara. Bahwa literasi mulai menggeliat karena semua yang
ada di sini. Waw, bahasanya epik ya.
Mbak Fotriana Dyah membaca sinopsis buku |
Lanjut
dengan pembacaan sinopsis buku oleh Mabk Fitriana Dyah. Buku berisi kisah
humanisme dokter yang penuh kasih terhadap pasiennya. Tema yang diambil juga belum
pernah kulihat sebelumnya. Atau aku yang nggak tahu aja, ya?
Bedah Buku A Tribute to
Doctors oleh Muchlas Abror
Berasa
gimana gitu mungkin sang pembedah di antara 3 wanita cantik, hihihi. Mas Abror
akhirnya memulai bedahannya tentang buku ini dengan awalan yang menarik. Aku
sudah membayangkan bakalan ngantuk sepanjang acara. Makanya kupilih duduk depan
sendiri bersama Mbak Dini Rahmawati. Eh ternyata Mas Abror ini bikin aku melek
sampai acara.
Mbak Siti, Mbak Hany, MAs Abror, Bu Maria |
Nah,
apa yang membuatku sampai takjub gitu ya?
1. Bahwa
setiap buku kategorinya musti jelas. Tahu Nggak Mas Abror ini dbilangin Mbak Dini
kalau buku yang mau dibedah beripa esai. Wikikik, secara Mbak Dini belum baca
bukunya juga. Nah, di awal tulisan (tulisan Mbak Hany, tentunya banyak coretan
doang ya). Karena yang di kepala sudah esai, eh tarnyata berupa cerpen berdasar
kisah inspiratif dari kisah nyata.
2. Bahwa
inspiratif harus jelas juga. Yang seperti apa sih yang inspiratif itu?
3. Syarat
kepenulisan dengan batas tertentu kadang membuat cerita terpanggal atau selesai
terlalu tergesa. Ini bisa nggak enak banget dibaca. Padahal, kalau mau
dieksplor dapat lebih dalam lagi ceritanya.
4. Editing
dari sebuah buku harus berlapis. Nggak hanya satu orang saja.
Mas Abros action |
5. Nah,
paragraf buku ini adalah lurus. Nggak menjorok ke dalam. Biar yang baca asyik
juga. Kata Mbak Hany, karena masih produk lama, hehehe. Btw, bagiku sendiri,
penulisan paragraf menjorok ke dalam memang bikin yang baca nggak cepat capek.
6. Dalam
sebuah paragarf jangan hanya satu kalimat saja. Paling nggak 3 sampai 5
kalimat.
7. Pangsa
pasar harus jelas.
8. Jangan
lupa mengendapkan tulisan. Ini penting banget. Habis diendapkan dicek ulang
deh, pasti masih ada saja yang berantakan. Iya kan, ya? Tapi kadang aku juga
nyeyel deh nggak mengendapkan dulu kalau dikejar target dan dateline ^Jangan ditiru
ya.
9. Doa
kenceng biar hasilnya maksimal.
Di
luar itu semua, kata Mas Abror buku yang keren ini memang layak banget untuk
dibaca. Ada terharunya, ada menyentuhnya. Ada pula semangatnya. Nggak mudah
membuat buku penuh dengan caranya sendiri untuk menginspirasi orang.
Yeay dapat hadiah |
Acara
makin seru dengan tanya jawab dan banyak bertebar hadiah di sana. Dan, karena aku
nih ikutin dari awal terbinya buku ini, beberapa pertanyaan bisa banget aku
jawab. Rejekiku guys, dapat kaos dan mug. Uwowoww, makasih ya Mbak.
Edukasi dan Donasi
Oh
ya misi buku ini adalah edukasi dan donasi. Esukasi karena banyak banget istilah
di buku ini yang bagi orang awam sangat membingungkan. Tapi mampu dijelaskan
dengan sangat sederhana. Berikutnya adalah donasi. Hasil dari penjualan buku
ini didonasikan ke beberapa rumah sakit. Aku jadi terharu banget.
Tak
pernah lupa di acara ini tentunya foto rame-rame. Ada hadiah menarik buat yang
posting di facebook guys. Alhamdulillah semuanya berjalan lancar jaya tak
kurang suatu apa. Menjelang siang, acara akhirnya selesai.
Sukses
buat teman-teman penulis A Tribute to Doctors, semoga banyak karya baru
lagi yang muncul setelah ini. Sebagai pengingat juga buat diriku sendiri.
Mengumpulkan banyak hal dari yang kecil agar bisa berbagi ke orang lain.
Jika
kamu bukan siapa-siapa, menulislah...
Baca
juga:
0 komentar:
Posting Komentar