Ungkapkan Cinta di Bukit Cinta Rawa
Pening,
Wisata Era Adaptasi Kebiasaan Baru
dengan Gembok Cinta dan Mitos Dibaliknya
Hmmm, pernah nggak sih ngerasain diputus
pas sayang-sayangnya?
Pernah?
Kalau pernah berarti sama gitu, lho. Seperti halnya pariwisata, pas heboh dan booming sektor wisata digairahkan, eh
mendadak pandemi corona muncul. Mau
nggak mau, banyak area wisata tidak boleh beroperasi seperti sedia kala sampai
batas waktu yang tak bisa ditentukan.
Bukit Cinta Rawa Pening (Foto: koleksi pribadi) |
Duh,
sedihnya...
Tapi
santuy saja, itu beberapa bulan lalu. Sekarang beda cerita. Kok bisa? Apa
karena wfh alias work from home
terlampau lama hingga kamu nggak tahu kabar-kabar menyenangkan baru-baru ini?
Jangan, dong. Jangan sampai dikau ketinggalan kabar bukan kabur kali ini.
Btw flashback dulu, yuk.
Berbulan Work from Home Apa Kabarmu, Guys?
Jenuh?
Sangat. Nggak munafik andai kejenuhan itu hadir. Bukan hanya aku, kau, dia atau
bekas pacarmu, eh... semua merasakan hal yang sama. Dampak yang ditimbulkan
juga mempengaruhi banyak hal. Pendidikan, perekonomian, wisata hingga mental down. Banyak keluhan mendadak hadir.
Mulai dari chat whatsApp, curhatan facebook, twitter ataupun instagram.
Hiksss,
aku juga merasakannya. Hanya saja, bagaimana cara kita menyikapi secara bijak,
akan menghadirkan energi berlebih. Berlebih sebelum acara keluh mengeluh itu
menjadi ratjun -yang mampu merakit
keterpurukan ke titik nol-.
Untukku
sendiri, pandemi berakibat beberapa kerjaan dibatalkan. Huhuhu, ini sungguh
menyesakkan dada tiada tara. Sebagai seorang penulis lepas, banyak acara yang
memang menghadirkan banyak kerumunan orang sering terjadi. Tentunya itu tidak
diperbolehkan selama masa pandemi covid 19.
Ada
acara yang masih tetap berjalan, diganti dengan zoom meeting. Itupun dilakukan seminggu sekali selama sebulan
penuh. Tentu rohnya beda apabila langsung bertemu muka dan mendapatkan
teman-teman baru. Sungguh cinta ini membunuhku. Memang, pandemi membuat banyak
hal luluh lantak. Harus move on!
Keterpurukan Wisata di Masa
Pandemi
Salah
satu yang terdampak paling berat adalah sektor wisata. Saat awal pandemi ini
sampai di negeri tercinta, banyak wisata tidak diijinkan beroperasi. Tentunya menjadi
pukulan berat untuk tiap personel yang menggawangi beragam sektor pariwisata.
Kepikir
nggak di sektor wisata dampaknya meluas sampai mana?
Tentunya
karena wisata ditutup, nggak ada pendapatan, dong. Tiket nggak ada yang beli, namanya aja ditutup, mana bisa beli tiket?
2. Karyawan
dari tempat wisata itu sendiri
Kalau
nggak ada pendapatan tentu penggajian karyawan jadi terhambat.
3. Pedagang
di kawasan area wisata
Saat
liburan, tempat wisata biasanya penuh dengan orang yang berlibur. Tentunya ini
melariskan para pedagang di kawasan wisata. Baik itu jajanan khas daerah
setempat dan souvenir.
4. Angkutan
juga sepi
Yaiyalah,
biasanya liburan tuh angkot juga rame dengan para wisatawan untuk datang ke
area wisata.
5. Armada
Pemilik
bus ataupun kendaraan yang disewakan juga sepi. Biasanya saat liburan udah
harus pesan dulu beberapa bulan sebelumnya supaya nggak kehabisan armada wisata.
Begitulah,
masih ada banyak hal lainnya yang terpuruk karena saat pandemi untuk sektor
pariwisata itu sendiri.
Era Adaptasi Kebiasaan Baru, New Normal atau Normal Baru
(Sttt, Jangan Pernah Bosan
Baca Ini)
Sepakat
nggak, sih, selain keterpurukan, sejujurnya ada banyak hal baru membuat kita
melek di masa pandemi covid-19. Khususnya urusan protokol kesehatan. Apa saja
dampak yang sangat-sangat kita rasakan? Dan kuharap, jangan pernah bosan baca
ini, guys. Didengung-dengungkan bukan malah jadi beban, namun diharap menjadi
kebiasaan.
1.
Peduli kebersihan
Urusan
mencuci tangan, yang biasanya dalam sehari bisa dihitung, sekarang nggak
terhitung saking banyaknya. Apalagi saat bepergian. Banyak-banyaklah mencuci
tangan dengan sabun hingga bersih.
2.
Jaga imun
Dengan
selalu menjadi imunitas tubuh semaksimal mungkin. Si virus yang tak tampak mata
semoga jauh-jauh gitu, lho. Harus ditameng dengan makanan sehat dan tubuh kuat.
3.
Pakai masker
Ada
yang awalnya tersiksa karena malah sesak nafas? Semoga sekarang sudah nggak,
ya. Bisa karena terbiasa, sepakat?
4.
Jaga jarak aman
Sungguh
berat, tapi tetap harus dikondisikan jaga jarak aman minimal 1 meter. Apalagi
berada di tempat umum.
Banyak
hal positif dapat kita ambil di era pandemi. Masih ada yang lainnya? Atau malah
membosankan bacanya? Ssttt, jangan, dong. Ini sebagai pengingat untukku juga.
Nah,
era adaptasi kebiasaan pada baru new normal atau normal baru, destinasi wisata
mulai dioperasikan kembali. Tentu dengan beragam protokol kesehatan yang sangat
ketat. Seperti digaungkan banyak pihak terutama Dinas
Pariwisata Kabupaten Semarang. Semua ini untuk menggairahkan perekonomian
kembali.
Beroperasinya
suatu destinasi wisata Kabupaten Semarang di era
adaptasi kebiasaan baru dengan awal berupa pemantauan dan verifikasi
kesiapan penerapan protokol kesehatan. Kesiapan wajib dipenuhi destinasi wisata
kemudian ujicoba operasional. Kedisiplinan protokol kesehatan harus tegas
dilakukan banyak pihak. Yaitu destinasi wisata itu sendiri, pengelola destinasi
wisata dan para pengunjung.
Dekat pintu masuk Wisata Bukit Cinta Rawa Pening (Foto: koleksi pribadi) |
Salah
satu yang telah memenuhi secara lengkap adalah Wisata Bukit Cinta Rawa Pening,
Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.
Dimana Bukit Cinta?
Buatku
yang rumahnya Sumowono, nggak begitu sulit menemukannya. Google maps akan
membantu dengan sangat mudah. Buat yang jauh di belahan bumi lainnya. Bisa
banget lihat peta via Google. Wisata
Bukit Cinta Rawa Pening ini terletak di Desa Kebondowo, Banyubiru, Kabupaten
Semarang, Jawa Tengah.
Bukit Cinta Jaman Old VS Jaman
Now
Kapan
pertama kali ke Bukit Cinta? Jaman putih biru-biru. Kapan, tuh? Nggak perlu nanya,
nggak bakal kujawab haha. Itupun hanya serupa bukit yang hanya bukit mungil.
Dari
atas bukit tersebut view kece badai
bakal kau lihat dengan syahdiyu. Ya, Rawa Pening. Rawa cantik dengan mitos
dibaliknya sangat fenomenal dan legendaris. Mulai dari kapal-kapal para nelayan,
juga enceng gondok-nya. Jaman jadoel, nggak ngeh sunset, belum hobi foto-foto, hobinya ngelukis. Jadilah beberapa
kali aku lukis imajinasiku tentang Bukit Cinta ini.
Tahukah
kamu, dulu banget, ternyata Bukit Cinta merupakan
Pusat Gardu Pemantau Pertumbuhan Enceng Gondok oleh Pemerintah Kolonial Belanda.
Kemudian, makin lama, karena pemandangannya memang indah, berkembang menjadi
seperti sekarang ini.
Bukit Cinta Rawa Pening, jaman old VS jaman now (Foto: koleksi pribadi) |
Lain
dulu lain sekarang, ada banyak pembenahan dilakukan. Yang bedanya sumpah
drastis bener. Dijamin melongo dobel!
Paling
jelas di area pintu masuk wisata. Ada banyak pembaharuan lebih menarik minat
para pengunjung. Masuk ke dalam, makin
bikin terbengong takjub. Kepala naga, patung-patung, dan uwh, banyak banget
yang baru.
Masih
ingat dermaga yang bikin was-was kalau mau foto dekat kapal. Masalahnya, jalan
yang dilalui berupa bambu-bambu yang ditata rapi kayak jembatan gitu. Meleng
dikit bisa banget kecebur ke air.
Sekarang,
dermada lebih cakep. Nggak perlu was-was. Sudah dibikin yang sebenar-benarnya
dermaga. Lebih nyaman dan aman. Masih banyak lagi yang lainnya. Tapi, stop dulu
untuk bukit cinta jaman now ini, ya.
Lha berapa tiket masuknya, lewat mana untuk sampai sana?
Tiket Masuk Wisata Bukit Cinta
Rawa Pening
Tiket
jaman old vs jaman now beda tentunya, dong. Hanya 15 ribu
rupiah/orang. Dua kali lipat dibanding dulu sebelum adanya perbaikan dan banyak
spot kece. Tapi, tak perlu khawatir, nggak akan nyesel dengan harga tiket. Di dalamnya memang menakjubkan.
Oh
iya, untuk parkir motor hanya dibandrol 2 ribu/motor, dan 5 ribu/mobil. Sungguh
wisata yang menggiurkan untuk didatangi, kan? Ramah di kantong, sesuai standar
protokol kesehatan pula di new normal
pada era kebiasaan baru ini.
Rute Menuju Bukit Cinta
Ada banyak akses menuju ke sana lho, guys. Salah duanya,
yang pernah kulalui seperti di bawah ini:
- Dari
Sumowono, ya nggak perlu kesulitan. Ambil arah Ambarawa → Banyubiru → Pertigaan
(ada penjual sate di pojok kiri jalan) → Ambil arah kiri → Kurang lebih 10
menit naik kendaraan → Bukit Cinta Rawa Pening (kiri jalan).
- Dari
Semarang, ambil arah Solo atau Yogyakarta. Bawen → Ambarawa → Palagan Ambarawa
→ Ambil arah kiri → Arah Museum Kereta Api Ambarawa → Ambil arah Banyubiru →
Puskesmas Banyubiru → Pertigaan → Ambil arah kiri → SMA Kartika III-1 Banyubiru
→ Kurang lebih 10 menit → Bukit Cinta Rawa Pening (kiri jalan).
Masih
bingung? Aktifkan Google maps-nya ya, guys.
Protokol Kesehatan Ketat Tetap
Aman dan Nyaman Era Adaptasi Kebiasaan Baru
Adanya
pandemi membuat Wisata Bukit Cinta Rawa Pening ditutup sekitar 3 bulanan lebih.
Sejak 1 Juli 2020, alhamdulillah
sudah dibuka kembali dengan aturan protokol kesehatan yang tetap diberlakukan
ketat tapi tetap aman dan nyaman. Tentu akan ada pembatasan jumlah pengunjung.
Awal buka pukul 7 pagi hingga 2 siang. Setelah masa uji coba wisata dibuka dari
pukul 8 pagi hingga 4 sore.
Bukit Cinta Rawa Pening (Foto: koleksi pribadi) |
Depan
pintu masuk sangat luas dan leluasa. Pecinta gowes biasanya nongkrong bareng di
sana untuk sekedar jepret cantik keren. Di era kebiasaan baru, ada banyak hal
baru harus dipatuhi bagi pengunjung yang datang lho, guys. Biar kamu nggak
bingung bisa simak yang berikut ini:
Wajib pakai masker (Foto: koleksi pribadi) |
Wajib cuci tangan pakai sabun (Foto: koleksi pribadi) |
4. Jaga jarak. Ada tanda X dan O dengan jarak khusus sebagai tempat jaga jarak untuk tiap pengunjung. Jangan sampai melanggar, lagi-lagi petugas nggak akan bosan untuk mengingatkan.
Biar jarak tetap aman (Foto: koleksi pribadi) |
5. Setelah
itu barulah boleh masuk area wisata dengan menyerahkan
tiket yang
sudah dibeli.
11 Alasan Kenapa Kamu Harus ke
Bukit Cinta
Gebetan
hati selalu bikin meleleh. Tak ubahnya spot foto keren terbaru di Bukit Cinta.
Melelehnya sampai ke rawa. Banyak pilihan untuk spot foto ini. Sampai bingung
kalau mau diceritakan. Tak hanya itu, banyak alasan lain yang bisa diintip lho
di area lebih dari 2 hektar ini.
1.
Patung perwujudan Baru Klinting
Manis banget patung perwujudan Baru Klinting ini (Foto: koleksi pribadi) |
Memasuki
area wisata, bakal disuguhi patung dengan ornamen naga, gunung, dan anak kecil.
Perwujudan Baru Klinting tengah mencabut lidi.
2.
Dermaga cantik
Dermaga-dermaga cantik, tinggal pilih yang paling kece (Foto: koleksi pribadi) |
Dermaga-dermaga
kecil yang membuatmu betah berlama-lama guys. Pemandangan yang dihasilkan juga
nggak kalah menarik. Bisa sepuasnya pantengin Rawa Pening nan luas dengan
kecantikan alamiahnya.
3.
Bisa menyewa perahu motor mengarungi rawa
Sewanya
sangat terjangkau. Sekitar 30 menit dibandrol 100 ribu saja. Ada tarif pesiar, prewedding dan praktikum. Ada sistem
paketan juga, lho. Selama pandemi tetap memberlakukan protokol kesehatan ketat.
4.
Banyak bangku kece
Hihihi, ini sih bukan bangku, tapi nyaman juga lho nyantai di sini (Foto: koleksi pribadi) |
Ada
tempat untuk duduk santai dan melepas penat di sepanjang dermaga ini. Mau ambil
foto dari sudut manapun, bakal terlihat cantik. Desau anginnya mempercantik
suasana.
5.
Patung naga
Kepala naga, legenda Baru Klinting (Foto: koleksi pribadi) |
Patung
naga sukses bikin melongo sempurna. Kisah legenda Baru Klinting memang melekat
erat di Bukit Cinta Rawa Pening ini.
6.
Background kece Gunung Merbabu, Telomoyo dan Perbukitan Gajah Mungkur
Pemandangan yang cantik (Foto: koleksi pribadi) |
Penggemar
gunung dan bau pinus mana suaranya? Bebauan pinus dan hawa alam memang terasa
sekali. Buatku ini bikin betah sebetah-betahnya.
7.
Ungkapkan cinta di Gembok Cinta
Si
Gembok Cinta salah satu daya tarik tersendiri untuk para pengunjung. Biar
cintamu sama si dia awet gitu, lho. Dengan latar belakang rawa nan epik, memang
pantas kalau Gembok Cinta ini dijadikan spot keren untuk berfoto. Dan bisa
banget kamu ungkapkan cinta buat belahan jiwa, ea....
8.
Tempat pertemuan
Bisa untuk kumpul bareng teman di sini (Foto: koleksi pribadi) |
Bukan
hanya spot fotonya yang keren habis. Buat kamu yang mau ngadain kumpul bareng
teman atau komunitas, ada gazebo yang bisa digunakan. Komunitas Penulis Ambarawa
atau Penarawa pernah mengadakan acara di sana sebelum adanya pandemi ini.
Tempatnya sangat nyaman dan sejuk. Pokoknya layak untuk direkomendasikan.
9.
Tembok dengan ukiran Legenda Baru Klinting
Belakangku, ada Legenda Baru Klinting terukir di sana (Foto: koleksi pribadi) |
Mungkin
tak banyak yang memperhatikan, tapi aku dapat spot kece di sini. Karena pas
sepi, berani buka masker untuk foto sejenak. Ada penceritaan Legenda Baru
Klinting dengan ukiran keren. Letaknya di belakang pintu masuk sebelah kiri.
10. Tempat wisata segala usia
Bukan
hanya khusus muda mudi, segala usia sangat pas berwisata di sini. Selain
lengkap, indah, dan aman, konturnya juga aman untuk orang tua. Andai capek,
bisa langsung duduk di bangku yang tersedia banyak sekali.
11. Oleh-oleh dan suvenir khas
Banyubiru lengkap dengan protokol kesehatan ketat
Selalu ada tempat cuci tangan di depan kios (Foto: koleksi pribadi) |
Seperti
halnya area wisata lain, Bukit Cinta menyuguhkan banyak oleh-oleh khas daerah
Banyubiru. Terutama per-ikan-nan, hasil dari rawa. Mulai dari keripik teri,
udang krispi, wader goreng, wader krispi, kripik belut dan masih banyak pilihan
lain.
Yang
perlu digarisbawahi, adanya pandemi tak boleh sembarangan berkerumun di dekat
warung oleh-oleh ini. Tetap jaga jarak, ya. Dan kerennya lagi, di tiap tangga
atau bagian depan warung ada tempat cuci tangannya juga.
Mau
Tahu Keindahan Bukit Cinta Rawa Pening, Lihat Videonya, Yuk!
Mitos, Si Gembok Cinta VS
Putus Cinta di Bukit Cinta
Kenapa
namanya Bukit Cinta? Konon, dulu yang datang ke sini kebanyakan muda mudi sedang
memadu kasih. Nah, pas banget kalau dinamai Bukit Cinta. Pinus dan tanaman
rimbun menasbihkan bukit ini memang tempat santai yang sangat nyantai.
Pemandangan yang dilihat rawa nan jernih. Layak banget kalau banyak yang suka.
Ungkapkan cinta di Gembok Cinta Bukit Cinta Rawa Pening (Foto: koleksi pribadi) |
Sebuah
mitos mengungkap, andai ke bukit cinta dengan pasangan membuat hubungan putus. Hikksss
sedih, ya. Boleh percaya atau tidak, itu hanya mitos semata.
Ada
banyak hal lain tentang kisah Bukit Cinta yang lebih menarik, lho. Btw Bukit Cinta
bukan hanya tempat untuk pasangan muda mudi doang, segala usia sangat pas
datang ke sini. Tentu saja karena adanya banyak pembenahan dan memang sangat
menarik untuk didatangi.
Ada
satu spot mencolok di sini yaitu Gembok Cinta. Mitos tentang putus cinta ini
maka cintanya harus digembok. Kayak pagar aja kali, ya, pakai digembok segala,
hehehe. Percaya cinta kamu nggak, sih, guys? Ungkapkan saja kalau percaya.
Asal Usul Rawa Pening dan
Legenda Baru klinting
Legenda
Baru Klinting tak pernah lepas dari Rawa Pening dan Bukit Cinta. Kisah tentang
Endang Sawitri, seorang perempuan yang memiliki anak berwujud naga bernama Baru
Klinting. Suatu hari si anak bertanya siapa ayahnya. Diberitahukan oleh ibunya
bahwa ayahnya, Ki Hajar Salokantara yang sedang bertapa di Gunung Telomoyo.
Foto: koleksi pribadi
Baru
Klinting mencari ayahnya tersebut dan berhasil menemuinya dengan membawa
klinthingan bukti bahwa ia anak Ki Hajar Salokantara. Setelah mempercayainya
sang ayah meminta Baru Klinting untuk bersemadi di Bukit Tugur supaya berubah
menjadi manusia.
Saat
ia bertapa itulah penduduk Desa Pathok mencacah tubuh Baru Klinting karena tak
ada hewan yang bisa didapatkan untuk pesta panen. Muncullah jelmaan Baru
Klinting menjadi bocah kecil yang buruk rupa dan bau amis. Baru klinting mendekati
warga untuk meminta makanan, tapi malah dicemooh. Hanya seorang janda tua yang
mau menerimanya.
Keangkuhan
penduduk membuat Baru Klinting kecewa. Lagipula setelahnya si janda tua juga
tak diperbolehkan mengikuti pesta. Baru Klinting akhirnya mendatangi penduduk,
dan menancapkan sebuah lidi. Dan menyuruh penduduk mencabut lidi tersebut.
Hal
yang dirasa gila oleh penduduk itu perlahan memang membuat penduduk kalang
kabut. Tak ada satupun warga yang mampu mencabut lidi. Akhirnya Baru Klinting
mencabut lidi. Suara bergemuruh membabi buta. Keluarlah air yang memancar. Banjir
bandang terjadi, hanya Baru Klinting dan si janda tua yang selamat menggunakan
lesung. Sedangkan Desa Pathok tenggelam. Akhirnya air yang keluar membentuk
rawa, saking banyaknya. Karena airnya jernih disebutlah Rawa Pening.
Berwisata Tetap BISA di Era
Adaptasi Kebiasaan Baru
Nah,
jangan sampai saking asiknya lihat keindahan Bukit Cinta dan Rawa pening lupa
akan protokol kesehatan. Era kebiasaan baru harus membuat kita lebih cerdas dan
bijak untuk banyak hal. Baca cermat yang berikut ini, deh:
1.
Bakal diiingatkan melalui mikrofon bila ketahuan masker hanya
dicantel doang
Tahu
nggak sih guys, di Bukit Cinta ini, ketahuan saja masker nggak dipakai,
langsung bakal diworo-woro melalui mokrofon. Nah lho, hihihi. Apa nggak malu,
tuh.
“Perhatian,
perhatian, buat Mbak-Mbak yang duduk di pojok dermaga, memakai baju biru, harap
masker diapakai ya, Mbak.”
Kurang
lebih seperti itulah. Haha, ini sih keren banget. Jadi masker memang harus
dipakai guys. Ini bukan hanya untuk kebaikan diri sendiri, tapi juga untuk kebaikan
semua.
2.
Tetap jaga jarak
Berhubungan
dengan pembatasan jumlah pengunjung. Kalau tak terlalu ramai, lebih aman jaga
jaraknya.
3.
Saat berfoto, masker bisa dilepas sebentar
Tapi,
setelahnya ya dipakai kembali. Ada satu tempat di bagian depan. Untuk foto
keren, pas sepi, aku bisa foto tanpa masker juga di sana.
4.
Banyak tempat cuci tangan
Di
beberapa tempat ada banyak titik tertentu yang menyediakan tempat cuci tangan.
Jadi tak perlu khawatir andai lupa nggak bawa hand sanitizer ataupun tisu
basah. Di Bukit Cinta semuanya tersedia.
5.
Toilet bersih
Selain
itu toiletnya juga banyak tersedia. Tempatnya bersih serta nyaman banget.
Dengan menerapkan sistem
protokol kesehatan secara ketat, aman dan nyaman, insyaallah berwisata BISA,
yaitu bersih, sehat, indah dan aman.
Intip 7 Tips Keren Ala Dakuw Saat
ke Bukit Cinta
Ada
tips kece yang bakal kubisikkan ke kamu kalau mau ke Bukit cinta ini, simak, ya:
1. Hindari jam-jam ramai pengunjung. Kalau nggak pagi
sekalian atau sore. Saat aku ke sana sekitar pukul 2 hingga 3 siang, pengunjung
lumayan banyak.
2. Pakai baju yang nyaman, karena area wisata ini
lumayan luas. Dan buat kamu yang suka jepret foto sana sini, jangan lupa bawa
perlengkapan asesori. Entah jarit, entah rumpi, biar bisa macam-macam pose.
3. Nggak perlu bawa banyak jajanan. Banyak yang jual di
area depan wisata. Harganya sangat terjangkau di kantong.
4. Mitos putus cinta? Ah, percayalah, cinta itu
fenomena semesta. Tergantung kamu kok, ea....
5. Bawa masker dobel. Kenapa musti dobel? Area
wisata yang luas bakal bikin keringetan. Nggak nyaman banget andai hanya bawa
sebiji masker saja.
6. Berwisatalah dengan serba BISA, Bersih, Indah,
Sehat dan Aman. Dengan begitu wisata di era adaptasi kebiasaan baru ini akan
tetap menyenangkan, aman bagi pribadi dan buat orang lain juga.
7. Jaga kebersihan. Sepakat bukan kalau kebersihan adalah
sebagian dari iman?
Dengan
penerapan protokol kesehatan di era kebiasaan baru ini, semoga gairah
pariwisata Kabupaten Semarang kembali bergelora. Tetap waspada, tetap jaga
jarak, pakai masker, jaga imun dan berwisatalah dengan BISA!
Pertanyaannya,
kapan kamu ke Bukit Cinta sama orang tersayang?
Referensi:
https://ungarannews.com/2020/06/25/wisata-bukit-cinta-banyubiru-akan-dibuka-1-juli-ini-penjelasan-dinas-pariwisata/
https://hellosemarang.com/bukit-cinta-rawa-pening-pesona-dan-mitos-dibaliknya/
https://www.brobali.com/2020/01/bukit-cinta-rawa-pening-htm-rute-lokasi.html
https://www.nativeindonesia.com/bukit-cinta-ambarawa/
https://travel.kompas.com/read/2019/03/01/080700127/legenda-asal-usul-rawa-pening-semarang?page=all
https://kabsemarangtourism.com/
Udah cakep aja ternyata Rawa Pening. Belum main ke sana lagi setelah renovasi. Harus mengagendakan ngayap ke saa bareng duo L 😅
BalasHapusHarus agendakan secepatnya biar nggak nyesel haha
Hapusnggak cukup satu minggu ni, jalan jalan kesana ya mbak
BalasHapusWkwkwk, agendakan mas Herlambang. Gimana kabare nih mas, lama nggak jalan-jalan akutu...
Hapuswah ada gembok cinta? berasa di film Korea ya, pasti romantis :D
BalasHapusHihihi, berasa gitu ya Mbak, nggak kok, asli sini hehehe :) Namanya memang unik.
HapusMasyaAllah, cakep banget pemandangan BUkit Cinta Rawa Pening ini ya mbak. Walaupun namanya Pening, tapi aslinya pasti bikin refresh. Hehehe...
BalasHapusHihihihi, biar nggak pening lagi ya kak :)
HapusIni kayanya kalo malem lebih cakep lagi deh tempatnya ya mbak?
BalasHapusKe semarang aku pernahnya transit doang sih numpang cari oleh-oleh pulang dari jepara
Iya, lhah, sayang banget kalau nggak masuk Kaka, tapi barusan buka juga sih. Belum lama karen atutup beberap abulan selama pandemi.
Hapusini dia yg dicari-cari, persiapan dulu kuy biar gak jenuh WFH mulu di kontrakan, ha. Oh ya, itu beneran ada gembok cintanya mb? kayaknya dulu belum ada infonya sih, apa mungkin sudah direvoneasi besar-besarn ya?
BalasHapusUdah renovasi besar-besaran Kak, beda sama yang dulu. View makin terlihat kece badai katulistiwa...
HapusWah boleh juga nih jadi destinasi wisata berikutnya setelah pandemi berakhir
BalasHapusDi era adaptasi kebiasaan baru kak, lebih aman dan nyaman
Hapushihi iyaa nih mbaa, sayang kesananya itu kalau pake kereta harus rapid ngga yaa sekarang
HapusAku belum pernah kesini tiap kali ke semarang. Semoga lain kali bisa mampir sama paksu dan si kecil after this pandemic.
BalasHapusUdah era adaptasi kebiasaan baru. Dengan aturan protokol kesehatan sangat ketat. Tapi tetap nyaman dan aman kak
HapusAda banyak alasan kenapa harus kesana ya..semoga ada kesempatan main kesana mau nyobain bangku kece hehehe
BalasHapusAmin, haha, bangkunya banyak pilihan kak. Mau yang nyantai atau nyeni ada. Tapi nggak terfoto dengan sempurna kemarin tuh, hehe
HapusBolak-balik cuma lewat aja deh, sama daerah ini. Pingin banget bisa mampir.
BalasHapusNhaaa, sesekali mampir Mbak, biar kekepoan hilang
HapusKalau kesini harus siapkan memory card kosong yang banyak nih, soalnya banyak spot foto cantiknya..
BalasHapusBtw, sepertinya sektor wisata di setiap daerah memang lagi menurun ya kak, apalagi warga di luar pulau ga bisa berkunjung.
Iya, ini mulai era adaptasi kebiasaan baru. MUlai menggeliat kembali
HapusMari berwisata di masa new normal dengan memperhatikan protokol kesehatan. Bangkitkan sektor wisata yang sempat terpuruk karena pandemi covid-19.
BalasHapusAmin, semangat menggiatkan wisata kembali ya kak
HapusBelum pernah ke Kabupaten Semarang. Tapi baca postingan ini jadi tahu banyak tentang objek wisata yang ada di sana. Makasih yaa
BalasHapusMisami kak, semoga kapan-kapan bisa nymapai sini
HapusAamiiin...semoga ada rezeki dan kesempatannya yaa. Pengen banget euy~
HapusGak bingung lagi pas ke sana, udah baca referensinya di sini.
Asala sesuai protokol bisa lumayan kalau bisa piknik ya mbak. Udah jenuh banget soalnya di rumah, kurang hiburan. Lumayan jg yg tinggal dekat destinasi rawa pening ini, cakep tempatnya.
BalasHapusYup, harus patuhi aturan protokol kesehatan tepat dan nyaman kak. Ketat tetap aman.
HapusKeren ya kak tmptnya kyk di pilem20 luar negeri jd mupeng mau ngebolang ke sn
BalasHapusHeheheh, biaa aja. Pokoknya selama patuhi aturan protokol kesehatan dengan tepat, insyaallah nyaman dan aman kak
HapusLiat postingan ini jadi pengen berkunjung ke bukit cinta nih hahaha. Iya ya, kasian banget wisata masaa pandemi jadi sepi. Tapi alhamdulillah sekarang pada bikin inovasi baru dan semoga tetap menerapkan protokol kesehatan juga.
BalasHapusIya, Kak, dengan aturan protokol kesehatan ketat dan era adaptasi kebiasaan baru
HapusNama bukitnya, jadi ingin berkunjung dengan yang dicinta alias pasangan halal, hehe. Insya Allah kalau udah resmi, siapa tahu berkesempatan ke bukit cinta agar semakin merekatkan cinta kami, aamiin 😃
BalasHapusternyata seru juga ya kisah di balik itu
BalasHapuseh rawa pening sama nggak ya sama rawa bening
soalnya familiar banget dengan nama rawa bening
btw, wisata alam begini yang seru dan patut dilestarikan
Saya baru tau ternyata asal usul rawa pening itu dari cerita Baru Klinting ya mbak.
BalasHapusTapi memang ya, setiap tempat pasti memiliki cerita sendiri di jaman dulu
Lucu banget sih namanya bukit cinta, tapi memang ya di new normal ini semuanya berubah dan harus adaptasi dengan kebiasaan baru menggunakan masker. Walau sudah berbulan-bulan pakai masker kalau ke mana-mana, tetap saja pas pergi ke tempat wisata butuh pembiasaan baru lagi dengan kebiasaan baru ini
BalasHapus