Nguri-uri Budaya dengan Sedekah Bumi
Tumpeng+ingkung. Foto by Ghratia Lana |
Hai, Sob…
Ada yang nggak familiar dengan sedekah
bumi? Sedekah bumi ini merupakan kebudayaan Jawa yang patut dilestarikan. Walau
di tahun-tahun sebelumnya nggak seheboh tahun ini atau setahun yang lalu. Nguri-uri
budaya sendiri, kenapa nggak?
Biasanya di desa-desa lereng gunung,
acara ini diadakan setiap tahun. Tentunya dengan penanggalan Jawa yang tidak
semua orang mengerti hitungannya. Kecuali jaman kakek nenek dan buyut kita.
Sedekah bumi, bisa juga orang menebutnya kadeso, untuk jaman kekinian disebut
merti deso. Tak terkecuali dilakukan di Desa Sumowono, desa tempat aku wutah getih (lahir).
Tirakatan kampung untuk sedekah bumi ini
diadakan malam Senin Kliwon. Jangan bayangkan acaranya tengah malam ya, Sob.
Acara diadakan sehabis isya. Formatnya santai dan lesehan. Tapi persiapan masaknya
tetap saja dari siang. Masak dilakukan ibu-ibu, yang sudah sibuk sedari habis
subuh untuk belanja berbagai keperluan.
Masak sebanyak itu, ibu-ibu sudah rempong sedari siang. Keren kan semangatnya? |
Tepat pukul setengah delapan malam,
acara ini dimulai. Ngumpul sanak keluarga sekampung (masing-masing RT
mengadakan sendiri). Diadakan tumpengan, ingkung ayam jago beserta ubo rampenya.
Makanan yang disuguhkan sangatlah sederhana.
Mau tahu?
1. Ayam
ingkung dari 1 ekor ayam jago (disuwir buat orang se-RT).
2. Opor
ayam.
3. Gudangan
diurap.
4. Tempe
goreng.
5. Telur
rebus.
6. Bergedel.
7. Sambal
goreng tahu.
8. Mi
goreng.
9. Peyek
teri.
10. Krupuk
inul.
Jangan heran ya, Sob, krupuk di sini,
meski di bungkusnya nggak bermerk atau polosan, terkenal dengan nama artis
dangdut. Krupuk ungu putih merah warna warni disebut krupuk Inul. Hihihi, keren
ya!
Sobat tahu yang mana krupuk inul? hehehe... |
Biar nggak ribet juga, makannya pakai
pincuk. Menghemat acara cuci piring di akhir acara. Tapi, banyak juga yang
pakai piring, supaya makanan nggak meluber kemana-mana. Secara opor ayam kan
berkuah. Kalau pakai pincuk, bisa tumpah dan kepanasan megangnya, hehehe.
Yang dekat piring itu namanya pincuk, dibuat dari daun pisang yang disemat lidi atau di staples |
Camilan yang disuguhkanpun sederhana
banget, hanya kacang rebus dan jadah goreng.
Weslah, pokoknya gemebyar acara ini dibuat sesimpel mungkin. Yang penting
guyub rukun dan tali silaturahmi antar tetangga selalu terjalin dengan baik.
Unik dan menariknya, di acara ini ada
sedikit cerita yang disampaikan seorang pini sepuh. Tentang cikal bakal Desa
Sumowono. Yang membuka cikal bakalnya adalah Kyai Ismu/Simu. Lambat laun
berkembang terus menjadi seperti sekarang ini.
Sepenting apa sih sedekah bumi ini?
Tergantung masing-masing orang ya, Sob. Pastinya sedekah bumi ini wujud dari
rasa syukur kita terhadap sang penggenggam langit dan bumi. Yaitu Allah SWT.
Doa-doa terbaik dan terindah tak lupa dipanjatkan bersamaan. Semoga langit
mendengar doa kita, semesta raya mengamininya dan warga semakin makmur, banyak
rejeki diberi kesehatan, kemajuan dan menjadi lebih baik dari tahun sebelumnya,
amin…
Merekatkan kebersamaan dengan tirakatan |
Tumpeng ditaruh di atas tampah |
Sehabis acara, langsung beberes. Ada
juga yang membunyikan kembang api dan nyanyi ditemani solo organ. Pokoknya
acara ini merekatkan persaudaraan kampung, deh. Jarang lho ada acara yang
melibatkan seluruh keluarga dan bisa datang ngumpul untuk berakrab ria.
Oh, ya, ikut tirakatan semalam membuatku
teringat jaman SD. Dulu, aku pernah diajak bapakku acara tirakatan. Masing-masing
keluarga membawa tumpeng yang ditaruh di tampah yang dikelilingi urap, tempe,
telur rebus dan ikan asin. Semua warga ngumpul di rumah Kepala Desa.
Di sana, diadakan doa bersama yang lama
sekali. Aku sampai ngantuk berat. Lalu diadakan makan bersama dari banyak
tumpeng yang dibawa. Meriah sekali acaranya.
Memang dari tahun ke tahun semua bisa
berubah. Apapun perubahan itu, semoga menjadi lebih baik dari sebelumnya. Acara
sedekah bumi/merti deso ini masih ada kelanjutannya, lho. Yaitu karnaval di
minggu yang akan datang. Nantikan liputannya, ya.
Gimana dengan Sobat semua, pernah ikut acara tirakatan/sedekah bumi/merti deso? Bagi dong
ceritanya…
Kalau di tempatku adanya merti deso (bersih desa), biasany ada wayang dan itu setiap hari jum'at apa gitu, enggak boleh ganti hari dan pasaranny dari tahun ke tahun dan harus nanggap wayang
BalasHapusSama aja Mbak. Nanti acaranya berkelanjutan nggak hanya tirakatan. Ada pawai, wayang juga, hehehe...
HapusNguri-nguri itu apaan ya mbak? kayanya sibuk banget dari gambarannya hehehe
BalasHapusNGuri-uri sama dengan memmbudidayakan Mbak. Supaya budayana terus terjaga dan dikembangin. hihi.. aku bingung neranginnya :D
Hapus