Si Black Cup
Black Cup, no way! |
Hai, Sob…
Ini tentang sebuah kisah, di masa lalu.
“Kemungkinan kita akan dapetin piala
hitam, Yu,” kata bosku tanpa tedeng aling-aling. “Dan showroom kita bakal malu!” sambungnya lagi. Kejadian itu terjadi belasan
tahun yang lalu, saat aku masih kerja kantoran, dan masih kuingat sampai sekarang.
Piala hitam, aku sering menyebutnya si black
cup!
Plak! Seperti ditampar rasanya. Oh no! piala hitam, Sob. Gimana sih rasanya
dapat si black cup? Nggak mau, kan?
Piala itu khusus untuk showroom dengan
omset terendah dalam sebuah wilayah. Dan sampai hari ke 20 di bulan itu omset showroom-ku itu-itu saja. Grafiknya
lurus. Sedangkan cabang lain sudah mulai melonjak. Memang banyak sekali konsumen yang order. Tapi hasil surveynya no,
no and no!
Statusku sebagai trainer yang bertanggung jawab penuh atas pramuniaga dan sales. Aku
punya andil besar dalam menaikkan omset. Omset jeblog, tak hanya bosku saja
yang kena sindiran big bos. Tapi
akulah biang keladinya. Artinya, aku tidak mampu memotivasi mereka, tak bisa
mendampingi mereka untuk mendapatkan orderan dari konsumen. Tak mampu
mengoptimalkan orderan mereka sampai barang ke pemesan.
Masih ada waktu 10 hari. Uh, 10 hari!
waktu yang terlalu sempit untuk mengejar omset penjualan. Kupelajari data omset
cabang lain. Wow, omset mereka sudah jauh di atas showroom-ku. Tapi aku tak boleh menyerah. Daripada di akhir bulan
dapat si black cup?
Piala itu berbentuk burung dengan cat
warna hitam semua. Akan didedikasikan (ups!) jelas pada kepala showroom dan cabang dengan omset
terendah pada bulan itu. Sebagai bentuk pertanggungjawaban kami karena omset
yang amburadul. Tak masalah memang, setiap bulan selalu ada yang mendapat piala
ini. Tak mungkin kan setiap cabang omsetnya tertinggi. Ada tertinggi, pasti ada
yang terendah.
Kumulai kerja cepat bersama bos. Kinerja
showroom kumaksimalkan dengan sistem
promo door to door dari beberapa
pelanggan yang sudah datang ke showroom. Untuk
sales, aku masuk beberapa warnet. Untunglah, masih ada seorang sales lapangan
yang masih bisa diandalkan. Dengan rayuannya sebagai sales yang mumpuni, kudampingi
dia sampai titik darah penghabisan. Hehehe…
Hosh
hosh hosh, alhamdulillah dapat
pesanan 10 komputer untuk sebuah warnet yang sedang berkembang. Tinggal
menunggu survey, layak tidak untuk kredit. Selama survey tak memenuhi syarat yang berlaku,
perusahaan tak bakal mau tahu. Dan benarlah dugaanku, survey tidak memberikan
acc. Uhuks… uhuks…
Menyerah itu picik. Dalam kekalutan yang
teramat sangat, doa malam adalah hal terbaik yang kulakukan. Tenangkan pikiran
dan focus. Allah mendengar doaku, pagi hari saat masih tidur pules di kost,
sales jagoanku itu telpon. Ia mendapat orderan beberapa TV dan kulkas dalam semalam.
Total omset kuhitung mencapai seratusan juta rupiah. Aku langsung melompat dari
tempat tidurku!
Ternyata, salesku ini juga tak pantang menyerah,
malam hari menjelajahi lereng merapi menawarkan barang yang ada di perusahaan
kami. Hasilnya? Sungguh dahsyat. Hari itu juga aku follow up satu-persatu. Sangat bersemangat! Sesekali, bayangan si black cup masih berkelebat dalam otakku.
Untungnya yang mengorder para juragan
salak. Kemungkinan besar survey akan meng-acc. Yes! sehari sebelum akhir bulan, semua orderan dari salesku itu acc
semua. Barang di gudang juga ready,
jadi tak ada alasan tak ada barang. Semua siap! Omset melonjak tinggi. Nomor dua
dibanding sebuah cabang lain.
Tepat akhir bulan, semua barang berhasil
dikirim. Syukurlah pramuniaga showroom
tak kalah semangatnya. Beberapa penjualan menambah omset. Dan tepat tanggal 1
bulan berikutnya, data penjualanku berada di puncak klasemen, eh penjualan.
Bahagia, pasti, tapi yang membuatku
merinding horror dan mbrebes mili, bapak
dari salesku yang luar biasa tersebut datang ke kantor. Mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya padaku. Bahwa anaknya bisa mencari uang dan dapat
beberapa hadiah. Secara salesku itu dari sebuah desa nan pelosok di Gunung
Kidul, Yogyakarta. Dia jadi kebanggan kampungnya. Wow!
Ya, karena salesku tersebut menyabet
sales dengan penjualan tertinggi. Berhak mendapatkan beberapa hadiah dari
perusahaan, berupa TV dan DVD dan uang pembinaan. Kerja yang sangat luar biasa.
Kusalami Bapak salesku itu dengan sangat hormat. Aku yang waktu itu sudah
hampir 2 bulan tak pulang ke rumah, jadi teringat bapak dan ibu di rumah.
Bukan hanya pencapaian sales yang
mebuatku terharu, tapi cara orang tua tersebut berterima kasih padaku. Sungguh momen
yang tak mungkin kulupa. Yang tak bisa kuhindari, aku selalu menitikkan air
mata setiap ingat hal itu. Termasuk saat menulis kisah ini.
#Buat Mbak Irawati Hamid, salam kenal
dan santun dariku. Semoga dengan give away iini makin banyak pertemanan juga
link-nya. Blognya sudah keren dan apik. Penasaran? Bisa langsung meluncur
di sini www.irawatihamid.com Makin konsisten juga nulisnya. Sukses ya.
Tulisan
ini diikutkan dalam Irawati Hamid First Giveaway “Momen yang Paling
Berkesan & Tak Terlupakan”
ya ampuun mba... jadi ikut merasa senang dan bangga, apalagi ada sales yg begitu berdedikasi. Sudah seharusnya memang mendapatkan penghargaan
BalasHapusIya Mbak. Aku tetep nangis kalau ingat cara bapak sales tersebut berterimakasih padaku :)
HapusWahh perjuangan.yg luar biasaahh.. salut
BalasHapusMemang hasil takkan nengkhianati usaha y mbak. Semangatt
Ho oh Mbak Rind. Semangatna masih kuingat sampai sekarang.
Hapuswah tulisan nspirasi buat giveaway ya teh.
BalasHapuskira-kira aku boleh ikutan ga yah ..
Hadiahnya apa yah ehem ?
Cek langsung ke blogna Khairul leon. Itu udah ku link ke Mbak Irawati Hamid :)
HapusPErjuangan banget itu ya mbak. Syukurlah bisa menaikkan omzet penjualannya. Seneng kalo liat orang lain juga seneng, kayak bapak itu tadi. hhee
BalasHapusAmin, iya mbak. Senengnya nggak bisa diungkap pakai kata2 hehehe...
HapusOkay merinding bacanya Mba Wahyu, sungguh perjuangan yg dahsyat ya
BalasHapusIya mbak, momen tak terlupakan :)
HapusWah...ikut mrebes mili...bukti kalau semangat itu bisa ditularkan ke yang lain..kerja tim yang patut diapresiasi..pantang menyerah, semangat sampai akhir...
BalasHapusIya, Mbak sapti. Kalo inget masih sering mbrebes mili dewe hehehe...
Hapuswah ceritanya bikin terharu ya mbak..ada toh piala spt itu?bisa bermata dua ya, bikin kita down atau bikin kita semangat lagi.untungnya terus langsung semangat ya mbak gudluck ya
BalasHapusHo oh Mbak. Bener2 bermata dua. Untunglah showroomku belum pernah dapat sampai aku keluar :)
Hapussaat ini saya bekerja di bidang pembiayaan Mba, dan hampir sama seperti yang Mba wahyu rasakan, kantor kami pun hampir setiap bulan berkejar-kejaran dengan target. Membaca kisah Mba Wahyu saya seolah bercermin loh, hihihi :)
BalasHapusterimakasih sudah berpartisipasi di GA saya yah Mba :*
Yup Mbak, omset is number one. Orang lain tak mau tahu, tapi kita harus bisa!
HapusMasama Mbak Ira :)