Menemani Pengidap Kanker, Perjuangan VS
Putus Asa
Hai, Sob.
Menangis adalah hal yang kami lakukan
bersama saat vonis itu terdengar. Ya, menangis memang melegakan, sangat
melegakan. Tapi hanya sesaat. Sesaat berikutnya, maut itu seperti di depan
mata. Tampak jelas dan menakutkan. Segala nasehat dan bacaan positif tetap
membuat kami terpuruk.
Itu kisah sekitar setahun yang lalu.
Semua kembali ke permukaan saat aku baca beberapa kali postingan di blog Mbak
Nuria. Sekali dua kali mampu komentar, beberapa kali hanya air mata yang
keluar. Antara sedih, pilu, ngilu dan kejam serasa beraduk jadi satu. Aku ikut
merasakan apa yang ditulis Mbak Nuria. Dan semangatnya, wow, airmata kesedihan
ini mulai mengering. Dihadapi? Ya harus, sebuah vonis yang mau tak mau harus
dihadapi.
Itulah yang membuatku ikut Giveaway #breastcancerawareness #finishthefight #gopink
Aku berempat bersaudara, cewek semua. Dari
gen ibu, beliau pernah mengalami yang namanya wudhun yang sangat besar di punggung. Bisa dibilang daging tumbuh,
itu sudah berpuluh tahun yang lalu terjadi, operasi adalah jalan terakhir.
Gen itu sampai juga ke kedua kakakku dan
aku sendiri. Vonis kanker ganas dialami kakakku. Mungkin orang bilang ada second opinion. Tapi kami nggak akan
gegabah. Pada akhirnya salah satu asset sebagai seorang wanita harus diangkat. Itulah
keputusan berat yang diambil. Teknisnya sendiri aku nggak akan cerita, itu
adalah hal tersulit yang kualami.
Dari segi psikis, tak bisa kugambarkan
lagi kesedihan kakak. Hanya saja aku harus kuat, karena kedua anaknya baru
beranjak dewasa. Suaminya juga harus kerja. Akhirnya, akulah yang merawat
kakakku pasca operasi.
Sobat, merawat seorang pengidap kanker
bukanlah hal yang mudah. Sulit sekali, aku yang tadinya takut darah, harus
berjibaku dengan darah karena saat kakak diperbolehkan pulang, tempat darah
belum bisa diambil. Setiap pagi, akulah yang mengambil dan mengukur berapa cc
darah yang keluar dari bekas operasinya.
Rumah kami yang saling berjauhan tak
membuatku patah semangat. Pagi aku sudah meluncur ke rumah kakak setelah
mengantar anak sekolah. Banyak kendala yang kualami, stres kakak yang tak bisa
kuungkapkan, semangat yang naik turun. Saat tertentu, dalam kondisi lemah,
psikis drop, belum lagi benyak orang yang menengok dengan berbagai cerita
mereka (yang kadang langsung nyeplos tak memikirkan persaan kami) membuat kakak
kadang terpuruk. Mereka tak merasakannya...
Kebersamaan :) |
Sobat, tak ada nasehat yang kuutarakan
pada kakak, karena aku tahu, tak ada kata yang bisa diungkap saat dia sudah
kehilangan salah satu bagian dari tubuh kewanitaannya. Dan aku nggak koar-koar
menasehati ini itu pada kakaku. Karena aku tahu, aku merasakannya. Dan aku
benar-benar bergulat dengan apa yang ada dalam dirinya.
Hampir 2 minggu aku merawatnya. Keluarga
yang mensupport membuatku bertahan, membuat kakakku mengulas selarik senyum. Senyum semangat
yang terpancar dari wajahnya adalah kebahagianku, kebahagiaan keluarga kami.
Ada beberapa point yang dapat kuambil
dari pengalamanku merawat seorang pengidap kanker:
-
Saat-saat tertentu, jiwa kita ikut down, bahkan melebihi si pengidap kanker
itu sendiri. Ini butuh semangat dari diri kita sendiri. Mungkin karena harus
selalu ceria dalam keadaan apapun. Nggak mungkin kan merawat orang sakit
sedangkan kita sendiri ikutan sedih?
-
Harus punya kesabaran ekstra. Pengidap kanker
psikisnya naik turun. Tak mudah untuk menaikkan semangat untuk hidup.
-
Waktu itu, aku masih menulis stripingan sebuah
sinetron televisi. Tapi aku bisa kuat pagi, siang mengurus kakak. Malam masih nulis setelah sampai rumah. Tenaga kita seakan lebih dan berlebih tanpa kita sadari. Allah
benar-benar Maha Agung.
-
Terkadang, kita butuh membaca berita tentang
hal positif dan negatif tentang kanker. Tapi, bagiku, saat kita down, itu tak akan berpengaruh. Diri
kita sendirilah yang mampu mengatasinya. Dengan apa? berdoa.
-
Saat melihat pengidap kanker kesakitan, panik,
putus asa, tak guna kita ngobral berbagai nasehat. Dengarkan apa yang jadi
keluh kesahnya. Menenangkan tanpa kebanyakan bicara. Dan menangislah bersamaan.
Itu akan lebih melegakan.
-
Selalu bersikap ceria adalah hal tersulit
saat tahu saudara kita kesakitan. Tapi aku harus mampu melakukannya. Walau
akhirnya, malam hari, di dada suami aku menangis nggak ada habisnya. Pikirku,
yang penting nggak di depan si sakit. Untunglah, suami sangat mengerti. Mana
ada sih yang tega melihat saudara kita kesakitan?
-
Pasrah dan ikhlas. Kalau tidak, kita akan ikut
emosi, terkadang keputusasaan si sakit membuat kita ikutan putus asa.
-
Sholat, ngaji dan berdoa. Semua pasti setuju,
doa bisa menebus ruang dan waktu. Andalanku membaca Al-Fatehah. Itu sangat
menenangkan dan obat mujarab bagi si sakit. Juga bagiku sendiri.
Alhamdulillah, kesehatan dan usia
panjang masih diberikan pada saudaraku. Allah selalu punya rencana dibalik semua
ujiannya. Aku yakin itu. Semoga tulisanku bermanfaat bagi Sobat semua. Dan
selalu bersemangat menghadapi hidup yang penuh misteri. Aku yakin, vonis kematian itu mutlak milik Allah. Karena pada akhirnya kita akan kembali.
Kembali ke titik nol :)
Kampanye
#finishthefight #gopink #breastcancerawareness
Aku masih ndak bisa bayangkan mbak gimana jdi posisi nya mbakny mba Wahyu... Kudu mawas diri dan bisa dijadikan plajaran bagi kita utk tetap care trhdap kesehatan diri sndiri jga... :'(
BalasHapusYa Mbak, pola makan sangat berpengaruh. Tapi wallahualam juga Mbak, makin banyak polusi sekarang ini.
HapusYa Allah mba, semoga kaka nya pasca ini sehat terus yaa mba dan keluarga mb juga semuanya diparingi kesehatan. Aamiin
BalasHapusAmin, amin, maturnuwun Mbak Relita. Begitu juga dengan Mbak sekeluarga ya :)
HapusSmoga kakak lekas pulih ya mba. Paling utama memang semangat dari keluarga mba. Mama dan nenekku juga penderita kenker mba :(
BalasHapusAmin, makasih Mbak.
HapusDoa merupakan obat paling mujarab.
Ya Allah, semoga semua baik2 saja ya Mbak
Pas baca ini, tiba-tiba air mata mau turun. Semoga selalu diberi kesehatan. Aku selalu merinding kalau dengar orang menderita penyakit ganas. Nggak kebayang kalau terjadi padaku atau keluarga.
BalasHapusSemoga nggak mengalami Mbak Anisa. Hidup sehat dan bahagia kuncinya, selalu berdoa :)
HapusHanya mengingat Alloh hati menjadi tenang
BalasHapusAmin, bener banget Mbak Vita
HapusYa Allah, merinding Mbak bacanya. Seringkali saat ada musibah seperti itu kita nggak nyangka kalau kita bisa sekuat itu. Soal orang menjenguk, iya sih, mulut orang kadang terlalu tajam.
BalasHapusIya Mbak, bener2 jadi super mom hehe. alhamdulillah diberi kekuatan berlebih.
HapusYup, maksud yg jenguk baik, hana saja suka kebablasan bicaranya. Kita harus maklum Mbak
Semoga mbaknya cepat sembuh ya, mbak.
BalasHapusDan amal ibadah merawat mbaknya menjadi tabungan pahala di hari kemudian, Insya Allah..
Amin, amin, iya Mbak. MAkasih :)
Hapuskeluarga adalah penyemangat utama :)
BalasHapusAmin, bener Mbak Tina
HapusKuat bener Mbak, siang ngurus kakak, pulang malam masih bisa nulis lagi. Wallahu 'alam ya. :))
BalasHapusGatau juga Mbak, alhamdulillah :)
Hapusaaah mbaaa...semangat dan kesabaran anggota keluarga saat menemani kami berjuang itu luar biasa berharga! Thank you so much for joining my GA..and good luck yaaa
BalasHapusMasama Mbak, Tengkyu :)
Hapus