Kenangan Pahit Yogyakarta-Ambarawa
Halo Sob, yuhuii… ketemu lagi.
Acara Kampus Fiksi super seru dengan ketemunya beberapa teman
dunia maya dan nara sumber yang tak diragukan lagi kualitasnya. Diantaranya
Mbak Linda Christanty yang berbagi ilmunya tentang kepenulisan essai. Perjalanan
yang cukup seru ini, menyisakan kenangan pahit saat pulang. Hem…
Foto by peruri.co.id |
Yah, aku dan Mbak Hany tergesa keluar dari acara pukul 16.30.
WIB. Dengan membawa segepok buku dari divapress, kami ketawa ketiwi kesenangan.
Karena Jl. Taman Siswa lebih dekat
dengan Terminal Giwangan Yogyakarta, kami putuskan naik Trans Jogja lagi menuju
terminal.
Tak berapa lama bus Trans Jogja lewat. Langit bergumul mendung
pekat yang sudah tertebak. Hujan sebentar lagi tumpah ruah menyebarkan bau
tanah yang khas.
Tak ada setengah jam sampailah di Terminal Giwangan. Sejujurnya
aku ragu, selain belum pernah ke terminal yang baru ini, sudah lama juga aku
nggak bersinggungan dengan terminal Yogya kecuali di Jombor. Tapi Mbak Hany,
cuek.
“Pokoknya jangan tampak kita orang nggak
ngerti Mbak. Harus sok tahu,” kata Mbak Hany menghempaskan keraguanku. Hihihi,
aku manggut-manggut setuju. Untunglah, masih ada bus ekonomi jurusan
Yogyakarta-Semarang yang masih ngetem. Ya tinggal sebiji itu.
Keluar dari terminal, bus melaju tersendat. Yaelah, Yogya
sekarang tak ubahnya Jakarta, macet dimana-mana. Hujan deras mengguyur, petir
sambar menyambar tak tahu ujungnya. Perjalanan nan panjang akhirnya kami tempuh
karena macet total. Kudu sabar.
Hampir 2 jam perjalanan menuju terminal Jombor. Dan itupun,
bus ngetem lebih dari 1 jam. Jiyah… penumpang sudah pada nggak sabaran. Saat
bus melaju kembali, ternyata macet belum terurai juga.
Uh… padahal bus jelas hanya sampai Magelang dan biayanya Rp.10.000,-/orang.
Yang jadi pikiran, sampai Magelang jam berapa, nih? Masih ada bus ke Ambarawa nggak
jam segitu? Karena macet benar-benar
nggak bisa diprediksi.
Keluar dari Sleman jalan mulai lancar, hujan dan petir mulai
menghilang. Sampai terminal Magelang jam sembilanan. Hikkss… terminal sudah nyenyet.
Hanya ada 2 bus patas jurusan Jakarta. Sejujurnya, nyaliku mulai ciut. Yang ada
hanya mobil kecil yang menawarkan diri dengan harga selangit. Bagaimana ini?
Untunglah ada barengan seorang bapak-bapak yang mau ke Ambarawa
juga. Kita nyarter menuju Secang dengan harga Rp.20.000,-/orang. Ya sudahlah,
nggak apa-apa. Toh nggak ada angkutan lain juga.
Turun di Secang, bus yang ditunggu dari arah Temanggung nggak
datang-datang juga. Huwa… agak panik. Ditawarin mobil kecil, dengan beberapa
penumpang (6 orang ditambah kami berdua). Setelah tawar menawar yang cukup alot.
Akhirnya disepakati Rp.20.000,-/orang. Padahal yang lain kutahu Rp.30.000,-/orang.
Huh, ya sudahlah, kami akhirnya naik. Meluncur menuju Ambarawa.
Saat itu yang membayar Mbak Hany dengan uang seratus ribu. Katanya nggak ada
kembalian, buat beli bensin dulu. Okelah. Kuingatkan Mbak Hany jangan sampai
lupa ambil kembalian.
Perjalanan lancar sampai di Bawen, kami berdua turun. Mbak Hany
tak lupa minta kembalian. Dan pak sopir kasih kembalian dengan uang
ditekuk-tekuk. Kami nggak berprasangka apa-apa. Mobil bablas, dan olala, saat
dibuka, uang di tangan Mbak hanya hana 40.000,-. Harusnya kembaliannya
Rp.60.000,-. Uh kesalnya kami pada pak sopir! Semoga berkah ya, Pak!
Walau kesal, kami tetap bersyukur, sampai dengan selamat tak
kurang suatu apa. Meski sampai jam sepelas malam, heheh. Tapi bener deh,
perjalanan pulang ini selain menyenangkan juga bikin sebal. Pelajaran juga
buatku lain kali harus hati-hati. Dan sepertinya kalau sudah malam dan
sekiranya sudah tidak ada angkutan, mending diminta jemput atau menginap
sajalah di Yogya.
Pelajaran terpenting kali ini adalah:
Bayarlah
dengan uang pas!
Baca
juga:
waduh curang atau lupa tu supirnya mbak. hati hati mbak lain kali :)
BalasHapusCurang Mas :)
HapusSampe rumah tepar mbak...
BalasHapusYes, sama Mbak Han
HapusKenangan pahit hanya pada saat menjalaninya, kan? Setelah semua itu berlalu, berubah menjadi sesuatu yang selalu dikenang, tak terlupakan. :)
BalasHapusHihihi, bener Mas Rifan :D
HapusSama kayak saya mbak, walau gak tau, tapi sok tau aja.. Hehehe
BalasHapusWkwkwk, harus itu Mas :)
HapusHarus hati-hati mbak.
BalasHapusKan katanya kejahatan bukan karena niat pelaku, tapi karena ada kesempatan.
Bener juga ya, karena ada kesempatan
Hapusjogja memang sudah berubah mbak...macet dimana mana...hotel juga semakin banyak didirikan di tengah kota....seakan menenggelamkan bangunan-bangunan lama :C
BalasHapusHo oh, banyak gedung2 baru
HapusKF lagi ada event lagi ya. Iya mungkin kalau ke KF atau Jogja, mending nginep aja ya ketimbang deg-degan dg jalanan yang nggak bisa diprediksi
BalasHapus