Suka Duka Nulis Buku Solo dan Duet, Keren Mana, Sih?

Suka Duka Nulis Buku Solo dan Duet, Keren Mana, Sih?

Di setiap langkah, selalu ada kisah yang bisa ditulis

Itu mungkin pas buatku, nggak tahu untuk yang lain. Masing-masing orang punya cara tersendiri di setiap momen spesial dalam hidupnya. Menjadikannya status, mendiamkannya di hati, membuatnya menjadi novel atau hanya terbuang percuma di pinggir jalan.

Ih, sayang banget kalau hanya berceceran di tempat yang tak semestinya. Salah satu caraku adalah menuliskannya di blog, di akun platform media online yang kusuka, dan mengirimkan ke media masa.  

Cara berikutnya menuliskannya menjadi buku (meskipun bukuku masih beberapa biji, hehe). Nggak sembarangan menulis karena kadang, ada juga yang berhubungan dengan kerjaan atau pesanan tulisan. Ini harus sesuai dengan syarat dan ketentuan dari sananya, hohoho.

Menulis buku, bisa dilakukan sendiri, duet ataupun rame-rame sama teman sekampung, eh sesama penulis lain. Ini seru banget, masing-masing punya keunikannya sendiri-sendiri. Suka dukanya juga banyak banget.

Lalu pertanyaannya, keren mana, nulis solo (sendiri) atau duet?

Ada keluh kesahnya di masing-masing pilihan ini guys. Mau tahu nggak? Meskipun ini versiku, mungkin sebelas duabelas sama yang lain.

1.    Nulis solo/sendirian

Buku gue baru 3 biji, hiks...

Dukanya banyak banget, haha. Nggak juga sih, jangan mikir nggak enaknya dulu. Nulis buku sendiri enaknya kita bisa menuangkan apa yang menjadi ide, konsep, alur, prolog, epilog dan lain sebagainya.

Kita bebas menentukan gimana alur ceritanya. Nama tokohnya, latar belakang, tempatnya juga. Mau lurus saja atau berbelok-belok. Mau jadi kisah yang tragis atau datar saja tapi menyentuh. Bebas jaya suka-suka kita.

Nggak enaknya, saat jenuh menghampiri. Ini sering banget kualami, hikss. Bisa-bisa kita nggak mood melanjutkan nulisnya. Padahal editor sudah mengejar-ngejar biar cepat kelar. Ini berat guys. Butuh ngopi dulu sama Kamu :p ^Sungguh dakuw jadi kangen Kamu ha...

Sebetulnya dengan jadwal yang jelas semua bisa kelar. Apalah artinya buatku yang menjadwal dan melanggarnya sendiri. Salut buat teman-teman yang sangat taat pada jadwal yang dibikinnya sendiri. Kalau aku, terus terang tanpa jadwal. Yang kuingat dan kucatat biasanya dateline-nya saja.

Dengan ingat-ingat si dateline ini mau nggak mau suka nggak suka, mood nggak mood, lagi kedingain atau kepanasan, lagi nggak ada duit atau ada duit, ish ish ish... Pas saatnya kelar, harus kelar! Pakai tanda penthung, penthungan kasti jaman SD haha.

Padahal, biasanya sih saat dateline seperti ini, nggak hanya satu dua dateline, ada dateline lain yang menunggu (walaupun bukan tentang buku semua). Ini sungguh berat, lelah hayati...

Dan menyelesaikan sebuah buku adalah kepuasan tersendiri yang tak bisa diungkapkan.

Asiknya lagi, royalti jadi milik sendiri dan orang lain yang membutuhkan. Bukannya begitu?

2.    Nulis duet

Buku duetku bersama sobat tercinta, Rien Milansi dan Arinda Shafa

Beda nulis sendirian beda lagi nulis duet. Apalagi duet bareng sahabat dekat. Ini sangat mengasikkan. Boleh dibilang nggak ada dukanya.

Ide bisa saling sharing, bisa tukar pendapat. Seharian chat beberapa kali untuk membahas projek menyenangkan ini.

Kalau beda pendapat sih menurutku nggak begitu terjun bebas. Masih bisa disamakan dengan gaya penulisan masing-masing. Asal tema, rangkaian ceritanya sudah ada, beres deh.

Yang paling menyenangkan, saat malas dan seterikaan segunung. Tulisan nggak tergarap maksimal. Malas melanda, acara kondangan bertubi-tubbi, PKK, RT-an dan lain sebagainya urusan emak-emak. Yang nggak bisa diganggu gugat.

Si pahlawan adalah partner duet!

Teman duet bisa jadi penyemangat yang sangat berarti. Pokoknya jadi full power. Begitu pula sebaliknya. Ketika partner lagi bingung apalagi yang mau ditulis, gantian kita yang kasih support dan gula teh ^eh... tiada habisnya.

Kerennya lagi kalau seperti ini, bisa-bisa tulisan cepat kelar hanya dalam hitungan hari. Apalagi dikejar-kejar editor. Wuih, pokoknya bisa gerak cepat trengginas secepat badai. Mbuh deh, pokoknya jadi saja, kalau niatnya sudah di ujung tanduk.

Dan mampu menyelesaikannya adalah hal terindah guys. Bisa tidur nyenyak semalaman. Sebelum dikejar-kejar yang lain lagi. Tentu, royaltinya dibagi dua juga sama teman duet kita. Perjuangan berdua, sangat layak bukan kalau hasilnya dibagi dua juga?

Di antara keduanya, mana yang keren sih?

Kedua-duanya keren banget.

Mau solo, mau duet sama-sama keren. Menulis duet itu melenyapkan ego yang muncul menjadi sebuah kisah tanpa jarak.

Menulis solo harus bisa menjaga semangat agar tulisan yang dibikin sampai jadi. Sampai tamat dan finish.

Coba cek, berapa tulisanmu yang hanya sampai setengah, satu paragraf atau 3 lembar saja. Banyak, hihihi, sama kok banyak sekali tulisan nggak kelar yang harus coba diselesaikan. Dipaksa untuk kelar. Kalau nggak, sebuah momen hidup mungkin hanya jadi cerita berceceran yang sayang untuk dibuang, disimpan juga menuhin file.

Pertanyaannya sih, berapa file yang hanya jadi file tanpa akhir di laptopmu? Selesaikan yuk hingga tuntas...

Baca juga:

7 Cara Mudah Agar Nulis dapat Duit 

Tips Cara Mudah Nulis 10+ Artikel dalam Sehari 

7 Cara Mudah Cari Ide Nulis Saat Kepepet