Cerita di Balik Buku Temanku Istimewa
Karena setiap teman selalu
istimewa
Hai
guys, bulan suci Ramadhan selalu saja bikin kisah baru dalam hidup. Bagaimana
denganmu? Ada kisah baru yang bikin hidup serasa lebih berarti? Aku juga punya
kisah tentang Ramadhan kali ini. Bagi sebagian orang, mungkin momennya biasa
aja, bagiku sendiri sangat luar biasa.
Hobiku
nulis. Buatku pribadi, nulisku masih recehan dan Senin Kamis. Artinya masih
tertatih dan tergantung mood.
Dapat
bukter alias buku terbit buku baru merupakan suatu hal yang bikin jingkrak-jingkrak.
Norak sih iya, memang norak sih, haa...
Tentang
buku duet ketigaku. Sebelumnya, aku pernah nulis buku duet bersama Rien Milansi,
sahabatku yang rumahnya nun jauh di Bogor sono. Judulnya Cinta Dua Rasa, ini
buku bukin baper akut. Kemudian duet bersama Mbak Arinda Shafa di Buku La
Tahzan for Kontraktors. Yang terbaru bersama Mbak Arinda Shafa juga, di buku
anak-anak Temanku Istimewa.
Mampir sini ya Suka Duka Nulis Buku Duet dan Solo, Keren Mana, Sih?
Mampir sini ya Suka Duka Nulis Buku Duet dan Solo, Keren Mana, Sih?
Sebetulnya,
saat menulis kisah di balik buku ini gimana gitu rasanya. Duka dan sukanya
melayang-layang lagi di ingatan. Setengah lupa juga. Tapi kok pingin ditulis,
ya. Hehehe, membingungkan. Biar jadi semangat saja guys.
Ide
Sebelumnya
aku sering ngobrol sama Mbak Arinda ini, suhu dalam bidang nulisku. Dari mulai
kosa kata sampai penerbitan hingga bahasan emak-emak tentang krucils aku sering
tanya ke dia. Dan saat ngobrol itulah ingin nulis buku baru. Tapi apa, ya?
Menyambar
ide yang siwer bergentayangan ternyata nggak semudah teori. Akhirnya terbersit
kenapa nggak nulis tentang anak berkebutuhan khusus saja? Kayaknya belum banyak
yang nulis tuh (memperkirakan sendiri, hihi). Akhirnya ide kasar tercipta juga.
Bagi-bagi nulis
Ini
yang ternyata nggak mudah. Dan ternyata nulis tentang anak berkebutuhan khusus
juga nggak seperti yang dibayangkan. Yang paling sederhana, pemilihan katanya
nggak semudah membalikkan telapak tangan.
Sampai
di sini aku mulai mundur teratur. Padahal aku sudah save beberapa kisah yang berhubungan langsung tentang anak-anak
istimewa ini. Cari di internet, ngobrol sana sini, hingga baca buku-buku yang
berkaitan. Mendadak blank akut, hikss...
Tapi aku malu, Mbak Rinda kok masih
semangat, ya?
Pilih nulis
picbook
Awalnya
kita berdua nulisnya picbook. Buku dengan gambar yang keren dan unyu (bayangan
kita berdua). Penerawanganku sih lebih mudah, lebih simpel dan kata-katanya
singkat. Eh siapa sangka nggak seperti itu. Bikin kalimat yang singkat, mengena
dan bahasa yang mudah dimengerti anak-anak itu nggak mudah. Itu berat, sungguh
lelah hayati.
Lagi-lagi
aku mulai mundur teratur. Eh, Mbak Rinda
kenapa juga masih semangat? Heran juga aku sama semangatnya guys!
Meskipun amburadul...
Tentunya
amburadul iya. Nggak mudah nulis, menjelaskan ke anak tentang teman yang istimewa ini.
Selain beda penampakan, penampilan juga bahasa. Sungguh hal yang nggak mudah
bagiku... Kelar juga meskipun ngos-ngosan. Hosh hosh!
Jadi, tapi begini begitu
Jadilah
satu bungkus naskah yang siap dikirim ke penerbit. Mbak Rinda yang sudah malang
melintang di dunia persilatan penerbitan ini langsung dikirim. Berapa kali
dikirim dan ditolak? Yang pasti 6x lebih ditolak sana sini!
Karena
terbiasa ditolak, tetap kami nyesek juga. Eh penolakannya masih mending
daripada saat cernakku ditolak hingga puluhan kali, hehehe.
Pasrah, tetap usaha
Dan
pada akhirnya, ada editor menyarankan untuk dibikin ilustrasi sendiri. Kita
cari ilustrator yang sesuai dengan dana, belum nemu yang pas. Dan akhirnya kita
pasrah.
Pasrah
sambil ngekepin guling di pojokkan. Doa kenceng saja. Mungkin memang belum
rejekinya itu naskah terbit kali, ya. Yakin banget setiap naskah punya rejekinya sendiri-sendiri.
Saat
doa-doa dilantunkan inilah, dapat kabar ada editor yang tertarik. Semangat muncul
lagi, deh. Tapi dengan syarat, naskah picbook dijadikan cerita anak.
Nggak
mikir lagi, langsung deh diterima tawarannya. Dengan banyak revisi sana sini.
Seminggu waktunya sodara-sodara. Lumayan sempit, hehehe.
The power of kepepet
Dan
waktu itu, aku inget banget ada beberapa gawean blog yang harus kugarap. Masih pendingan
beberapa pesanan artikel yang harus kelar juga. The power of kepepet mulai berlaku, kok ya bisa kelar, ya. Aku
sampai nggak habis pikir kalau akhirnya bisa kelar juga.
Alhamdulillah,
buku Temanku istimewa sekarang benar-benar bisa menemani anak-anak, persahabatan
dengan teman yang istimewa.
Ada kisah-kisah
persahabatan dengan teman yang berkebutuhan khusus. Naima, Siska, Davi, Mawar,
Hero, Oci, Miko juga Hanif. Mengulang membacanya air mataku selalu menetes.
Entah kenapa, bikin makin banyak bersyukur. Hidup, kadang tak seindah yang diharapkan. Inilah kenapa harus banyak bersyukur ya guys.
Semoga
banyak yang suka. Bisa langsung cus ke toko buku atau kepoin dakuw sama
Mbak Arinda, salam semangat!
Setiap anak memang selalu
istimewa.
Baca
juga ini:
Eaaa jadi nostalgia nan mengharu biru y mbak wkkk. Memang kudu yakin, bahwa setiap naskah ada jodohnya meski berliku liku 😂😂
BalasHapus