Kembali ke Desa Menari Kampung Berseri
Astra Tanon Ngrawan,
Sharing Seru Tata Kelola Homestay
Apa yang dipikirkan itulah yang terjadi
Awal
kisah yang biasa saja ya, lagi bingung merangkai kata, hihuhi...
Seringkali,
kita mikir yang bukan-bukan. Kadang menyenangkan, kadang menyedihkan. Seringnya,
apa yang terpirkirkan itulah yang terjadi betulan. Mending kalau yang dipikirkan
yang membahagiakan. Kalau menyedihkan? Nggak mau dong ya.
Pagi
itu, Kamis, 7 Nopember 2019 aku kok ya pas mikir kapan gitu ya bisa kembali ke Desa
Menari, eh dapat telpon dari Bu Hendrastuti. Acara ke Desa Menari. Wha...
kebetulan yang serba kebetulan. Mumpung belum jadi masak buat warung aku
langsung cuss saja ke Bandungan. Di sana sudah ada Bapak Adrian.
Gapura masuk Desa Menari Tanon Ngrawan |
Perjalanan
ke Desa menari alhamdulillah lancar
jaya. Melewati Lapangan Pangsar, Banyubiru, Getasan. Aku masih ingat dan hapal
betul dimana parkirnya, dimana jalan masuknya hingga gapura besar bertuliskan
Desa Menari Kampung Berseri Astra Tanon Ngrawan yang bakal menyambut kedatangan
kami.
Kembali ke Desa Menari
Travelling memang menyenangkan. Mau yang dekat ataupun jauh. Dan mau
lewat belakang atau depan dari tempat pendopo itupun masih kuingat. Melewati
pasar rakyat yang muncul kalau sedang ada acara di Desa Menari, akhirnya
kupilih melalui depan. Dan acara Tata Kelola Homestay Kabupaten Semarang Tahun
2019 bersama Perwakilan Desa Wisata se-Kabupaten Semarang tenyata sudah dibuka
dan dimulai. Telat beberapa saat.
Welcome drink
menyambut kedatangan kami. Ada pisang kepok yang direbus, kripik jagung atau
apalah namanya yang kriuk endes banget dan tiwul, makanan khas ndeso yang
manawan hati. Teh dan kopi panas bisa jadi pilihan untuk meredakan dahaga para
tamu undangan.
Acara sharing tata kelola homestay |
Jajanan khas ndeso yang lezat |
Berkunjung ke Home Stay Desa Menari
Setelah
sambutan dari Mas Riska, Mas Trisno dari Desa Menari dan Ibu Dewi dari Dinas
Pariwisata Kabupaten Semarang, para tamu dengan dibagi beberapa kelompok.
Masing-masing berkunjung ke beberapa homestay
yang didampingi guide dari Desa Menari.
Salah satu homestay milik warga Desa Menari |
Ya
ada beberapa hal tentang homestay ini
supaya tingkat hunian di desa wisata makin meningkat. Yang sederhana saja sih,
misalkan saja tentang sprei yang bersih dengan warna putih. Juga toilet yang
harus ada di homestay ini.
Kalau
nggak ada kasihan dong tamu kalau ke belakang harus lari ke kali dulu, hihihi,
hari gini juga. Di Desa Menari sendiri homestay
harus dengan warga pemiliknya. Sehingga benar-benar tahu kehidupan warganya
seperti apa.
Ngobrol Seru Bareng Mas Riska
Saat
itulah aku berkesempatan ngobrol dengan Mas Riska, sosok inspiratif, anggota
dewan yang sangat antusias dengan keberadaan wisata juga desa wisata di Kabupaten
Semarang ini. Dengan beragam upaya supaya peningkatan wisata bisa terus
meningkat. Dengan memaksimalkan media sosial, blog hingga vlog dan video yang
membantu meningkatkan pemasarannya. Seru pokoknya...
Mas Riska |
Menjelang
tengah hari adalah sholat dhuhur bagi yang melaksanakannya serta makan siang.
Menunya khas ndeso. Ada nasi jagung segala lho. Yang suka, bisa ambil
sepuasnya, hehehe.
Dan
saat makan siang ini bos Batik Gemawang Abdul Kholiq Fauzi menjadi nara sumber
yang paling kunanti. Karena dia salah satu sobatku yang lama banget nggak
ketemu. Saking sibuknya tuh orang. Gitu kan ya Dul? Hihuhi...
The Power of Lambe by Abdul Kholiq Fauzi
Apa
yang menjadi permasalahan di tata kelola urusan homestay ini? Kenapa tingkat hunian masih rendah dan pemilik belum
mendapatkan keuntungan secara maksimal? Begitulah salah satu obrolan pertama
yang menyenangkan sama bos Gemawang yang lucu ini.
Abdul Kholiq Fauzi, dari Batik Gemawang |
Ternyata hasil yang didapatkan kadang nggak
sesuai harapan. Hitungan berapa laba belum jelas dan belum tergarap secara
maksimal. Tapi namanya orang desa, nggak mungkin dong nggak menjamu tamu secara
maksimal. Jadwalnya makan sama tempe ya ntar kenyataannya disembelehin ayam,
iya apa iya hayo?
Yang
menarik nih adanya cerita dan cerita. Kekuatan orang bercerita memang dahsyat,
ya. Biar pengelolaan desa wisata khususnya homestay
membaik. Katanya sih the power of lambe.
Apa itu? Kekuatan mulut. Ya, obralan dari mulut ke mulut. Alias bisik-bisik kalau
versi Trio Detektif nih hubungan dari hantu ke hantu. Dengan banyak link,
banyak omongan orang, menjadi viral maka sebuah desa wisata akan terangkat.
Dengan begitu tingkat hunian homestay
secara otomatis akan tinggi.
Upaya Meningkatkan Hunian Homestay
Salah
satu upaya untuk meningkatkan tingkat hunian homestay sebagai beikut:
1. Diupayakan
UKM yang bisa dilihat dalam 24 jam. Tamu datang jam berapapun bisa melihatnya
secara langsung. Melihat dari kondisi masing-masing desa wisata. Apa yang ada
di sana, diberdayakan dengan cara yang berbeda.
2. Membuat
souvenir dan yang menjual adalah pemilik homestay.
Kemungkinan terbeli dapat diandalkan.
3. Versi
Pak Abdul sih seperti cara dia menarik wisatawan, nggak hanya jual batiknya
saja. Tapi bagaimana cara membuat batik. Menjual cara membuat batik ini dengan
harga yang sangat-sangat terjangkau.
4. Jangan
beri orang kota dengan makanan ala kota. Tapi kebalikannya. Begitu pula
sebaliknya, saat yang berkunjung orang desa, ya jangan kasih makanan desa dong,
mereka nggak bakal tertarik.
5. Penataan
dan kebersihan homestay yang harus
selalu dijaga.
Begitulah
beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan hunian homestay di desa wisata. Ada yang mau
menambahkan? Silakan tulis di kolom komentar ya.
Mas Trisno, Menebar Ide di
Desa Menari
Sudah
pernah kutulis tetang Mas Trisno ini, cara dia menebar harmoni di desa
yang kreatif. Dengan cara yang tak biasa. Mampu membuat kearifan lokal menjadi
daya tarik tersendiri.
Mas Trisno |
Melihat
hal sederhana dari sudut yang beda. Menjadikannya istimewa meskipun sederhana,
lakukan yang bisa dilakukan. Nikmati prosesnya. Dan lihat hasil dari yang beda
ini menjadi keindahan harmoni kehidupan.
Mas Trisno sedang koordinasi dengan warga |
Ada
beberapa paket waisata di Desa Menari bila penasaran ingin berkunjung ke sana.
Karena apa yang ada sangat menawan dan nggak membosankan untuk dinikmati.
Sayang banget kemarin Mas Tris super sibuk, belum bisa ngobrol banyak. Next time semoga bisa ketemu lagi ya,
Mas.
Penutup
acara adalah Tari Geculan Bocah. Tarian lucu yang pernah aku lihat sebelumnya di Festival Lereng Telomoyo. Tentang anak-anak yang bermain apa adanya. Ada
saling gendong hingga hal-hal sederhana yang mampu diangkat menjadi sebuah
folosifi kehidupan. Kehidupan anak memang penuh keceriaan.
Kalung dari Biji Puspa dan Bambu Mungil
Oh
ya, di pintu masuk sebelum pendopo aku didatangi 2 mbak cantik. Yang siap
memberi kalung dengan bentuknya yang super menarik. Ngomong-ngomong, kalung itu terbuat dari biji puspa. Dibelah
menjadi 5 bagian. Ditambah 3 buah pring atau bambu yang masih muda di bagian atasnya.
Dengan tali warna merah. Bikin kepo saja ya.
Kalung biji puspa |
Kurang
lebih memiliki arti untuk mewujudkan hal-hal yang ingin kita gapai, butuh
perjuangan. Meskipun tak mudah harus dengan proses kreatif. Tak ada kata
menyerah untuk sebuah mimpi menjadi realita bukan?
Kembali
ke Desa Menari kadang memang tak terlintas, terencana juga nggak. Nyatanya ada
saja hal tanpa kita tahu mengapa dan bagaimana. Semoga di lain waktu bisa ke
sana kembali.
Lalu,
kapan Kamu ke Desa Menari?
Wah, sudut baru nih yg dibahas ttg desa Tanon, menarik cara pemasaran homestaynya...bisa belajar dari Mas Riska
BalasHapusMenarik tentang homestay ini mbak, ternyata hehe dan aku baru tahu juga
HapusMba Wid puas banget nih samai dua kali ke Desa Menari dalam waktu berdekatan. Dan aku galfok dengan tiwulnya, enak banget ya jajanan ndeso itu mbaaak
BalasHapusMau mau mau mbak? hehehe...
Hapusasyiknya nih, bisa dapat banyak hiburan ya, mulai kuliner lokal sampai menarinya, apalagi ada tiwuuulll hehehe
BalasHapusBener banget mbak, keren juga acaranya
Hapuswaah senaangnya bisa balik ke sana lagi. Semoga dengan homestay yg makin tertata, jadi bikin wisatawan betah dan bertambah
BalasHapusAmin, begitulah yang diharapkan mbak. Makin banyak yang kepo terus tertarik
HapusAku belum ikutan ke Desa Menari mba, jadi penasaran pengin ke sana. Kalau pas ga ada event khusus, apakah ada tari-tariannya juga?
BalasHapusNggak mbak, pas ada event pasti ada. Atau ikut paket wisatanya saja.
HapusWah ada homestay nya juga ya
BalasHapus.. Ih makin pengen ajak.kelg ke sini deh. Apakah tiap akhir pekan bisa atau hanya bila ada acara besar saja ya?
Pas ada event dan ada paket wisatana mbak
HapusWah sepertinya seru ya mbak...sayang belum berkesempatan ikut kesana semoga next time dikasih kesempatan soalnya penasaran
BalasHapusAmin, meman ngangenin ya desa menari ini
HapusPengen... Apalagi tiwul dan nasi jagungnya... Bikin aku salah fokus.
BalasHapusBtw Mas-nya itu yang masuk iklan di TV itu kan Mbak?
Hihihi, mendadak laper ya.
HapusIya banget mbak, iklan yang ada dea menarinya itu...
Mas Trisno ini memang luar biasa! Wes pokoke suangaaaaaar! Aku cuma bisa ndomblong saking amaze denger ceritanya. Dan satu lagi, jajanan di sini enak-enak. hohoo
BalasHapusWekekek, memang iya, inspiraif ya. Karena jajanan ndesonya iuyang bikin kangen mbak
HapusSeneng ya mbak.. Bisa ke sana sampai berkali-kali. Makanan tradisionalnya keliatan menggoda selera. Semoga dengan adanya homestay bisa lebih dikenal lagi
BalasHapusAmin, bisa nambah para wisatawan juga mbak...
HapusBikin pengen balik lagi dan lagi ya Mba. Aku juga pengen kemari belum puas eksplor
BalasHapus