7 Alasan Lebaran #dirumahaja
Hai,
mengangankan sesuatu memang hak setiap orang. Lebaran, merencanakan mau kemana,
ke sana bahkan ke sini juga nggak masalah. Tersenyum untuk lebaran dengan
beragam kenangan tahun lalu. Karena lebaran tahun ini jelas akan berbeda
banyak. Meskipun tak mengurangi makna dari arti lebaran itu sendiri, saling memaafkan.
Lantas,
adakah mimpi terlalu berlebihan ketika didengarkan, atau hanya diangankan? Hei,
angan untuk berlebaran kemana itu memang wajar adanya. Biasanya, sudah
dibayangkan mau ke tempat si ini, si itu, saudara ini dan itu. Belum lagi acara
halal bihalal membludak. Kadang, menerobos kemacetan luar biasa, kerumitan akan
selalu saja muncul kala lebaran tiba.
Berbeda
untuk sesuatu yang baik, kenapa nggak, sih? Menahan rindu untuk tak mudik,
menahan semuanya, kadang memang diperlukan. Khususnya tahun ini. Ketika pandemi
covid-19 masih meradang, dan (tentunya berharap segera menghilang) kita harus
memutuskan bahwa lebaran tetap akan selalu berbeda.
Nah,
untuk aku sendiri, lebaran kali ini sudah jauh dari kata mudik. Jauh dari kata
piknik (maksudnya sih melipir tipis saat mudik sekalian mampir sana sini
sekedar melihat pemandangan menarik). Banyak alasan kenapa harus memilih tetap
#dirumahaja. Aku memilih untuk #dirumahaja. Tentu dengan kesepakatan tambatan
hati juga anak-anak, yang sepertinya manut keputusan orang tuanya.
Alasan
apa yang terbersit? Kenapa pilih #dirumahaja?
1. Sebelum si virus ini berlalu...
Ya,
inilah alasan terkuat kenapa pilih #dirumahaja. Lebih memilih untuk kruntelan saja. Lebih tepatnya memilih
untuk tetap bersama keluarga di rumah. Tak kemana-mana, tak harus mudik, tak
harus ini itu yang nggak penting amat.
2. Saling memaafkan seperti biasa
Yang
paling penting, meminta maaf dengan kedua orangtua. Ini sih tak harus di hari
lebaran doang. Tetap menjadi hal yang selalu kulakukan. Untungnya, orangtuaku
satu rumah denganku. Sedangkan untuk bumer, lewat telpon insyaallah sudah
melegakan.
3. Bersilaturahmi secukupnya
Belum
dapat memastikan akan seperti apa. Tapi, sepertinya, tak akan melakukan keliling
kampung seperti tahun-tahun sebelumnya. Silaturahmi yang terdekat saja. Dan
secukupnya.
4. #dirumahaja
Tetap
melakukan aktfitas lebaran yang beda ini dengan biasa saja. Mungkin akan lebih
banyak nonton televisi. Dan ber video call ria sama saudara jauh. Mungkin...
5. Tetap masak ala lebaran bisanya, tetapi secukupnya saja
Ada
yang sepuh di rumah, memang membuatku
ekstra waspada. Belum tahu akan seperti apa. Pastinya tamu akan sangat
berkurang, atau bahkan malah tidak ada (atau mungkin akan kutulis tak menerima
tamu) karena pandemi ini. Tentunya masak besar dikurangi. Lagi-lagi secukupnya
saja.
6. Selalu ada perkecualian
Kenapa
pilih di rumah saja? Selalu ada perkecualian. Kita tak tahu entah bagaimana dan
mengapa. Jadi antisipasi, lebaran tetap #dirumahaja.
7. Lebih memaknai lebaran yang sebenarnya
Tak
perlu lagi hingar bingar bahkan euforia yang melenakan ketika lebaran. Itu juga
yang ingin kusyukuri sekarang ini. Bagaimanapun juga covid-19 membuatku makin
tahu arti bersyukur. Hemat, apa adanya, tak berlebihan, tak beli baju baru, tak
pemborosan pesan camilan. Dan memaknai alam semesta ini dengan kejujuran penuh.
Eh, jadi filosofis banget nih, hihihi.
Bagaimana
pilihanmu? Masih tetap lebaran seperti sebelumnya atau apa adanya dengan banyak
hal baru tertampung lebih indah di hati?
Hari
ke 26 #BPNRamadan2020
0 komentar:
Posting Komentar