Ceblok tresno, kalau orang Jawa bilang, pada seseorang yang ngayomi dan mencintai. Terbalas tidak terbalas yang namanya cinta tak pernah salah, seperti ungkapan saya, dalam Sepersekian Detik.
Novel Perempuan Penyapu Halaman karya Pepih Nugraha |
Menikmati
sebuah novel, setelah sekian lama saya berkutat dengan artikel menumbuhkan
gairah lain. Dan, ndilalah, yang
terbaca saat lihat wall FB adalah karya sang maestronya maestro, Kang Pepih
Nugraha.
Novel
Perempuan Penyapu Halaman saya intip sejak Kang Pepih mempostingnya menjadi
sambungan-sambungan kecil, menciptakan kekepoan tersendiri di akun FB-nya.
Eposide 1 mengena banget, lanjut ke episode 2, 3, 4 dan selanjutnya yang mau
tak mau saya harus selalu search akun
Kang Pepih saat membuka FB. Kalau tidak nongol sehari saja, saya bakalan protes
di komentar.
Berkisah
tentang srak srek srak sek suara ujung sapu menggores halaman dini hari oleh wanita
cantik aduhai bodi semlohai dengan kulit kuning langsat bibir ranum rambut
indah penggoda iman lelaki, Sofiah hadir dalam keadaan kurang waras, sint**g,
gil* atau apalah namanya yang pas. Efek cuwan, membuat bapaknya menjual Sofiah ke
orang kota, yang malah memperjualbelikannya pada para hidung belang, tragis.
Akhirnya kembali ke Malausma ketika kewarasannya hilang.
Adalah
Hamdani, pemuda Malausma dan ganteng (versi saya) dengan matanya yang
cemerlang, cenderung layu, tapi siapapun yang memandang mata itu, bakal
terperosok ke dalam sumur tanpa dasar (hal. 56) sangat peduli akan keadaan Sofiah. Ia memiliki kenangan tersendiri
dengan Sofiah di sebuah dangau. Dengan niat seteguh baja tanpa memikirkan hal
lain, ia akhirnya menikahi Sofiah yang masih gil* dan membawanya ke dangau dekat
air terjun kenangan tersebut. Terusir, tidak dianggap saudara oleh keluarga dan
hidup jauh dari peradaban.
Di
dangau itulah setiap tengah malam, Hamdani memberikan pengobatan dengan caranya
sendiri. Dimintanya Sofiah berendam di bawah lubuk terdalam air terjun, setiap
hari selama beberapa purnama. The power
of love, Hamdani begitu tulus melakukan apapun demi Sofiah agar
kewarasannya pulih seperti sedia kala.
Muncullah
Dianti, seorang mahasiswi psikolog dari kota nan cantik tertarik melakukan
riset tentang Hamdani, pemuda waras gagah super tampan dengan Sofiah yang edan. Pada
akhirnya tumbuh rasa dalam diri Dianti, wah...
Saya
tak akan mengulas banyak tentang kisah Hamdani dan Sofiah yang kata Kang Pepih
adalah Romeo dan Juliet versinya. Mereka juga bukan Sampek Eng Tay yang kisahnya mengharu biru. Bagi saya sendiri, membayangkan sosok Hamdani saja sudah membuat
saya jatuh cinta. Ending novel ini, tak tertebak. Yang pasti, bikin saya mbrebes mili, entahlah, kok mata saya bisa mbrambang. Ada satu sesi di bagian akhir memang menyentuh banget.
Usai
membacanya, saya langsung berpikir, bagaimana kalau novel Perempuan Penyapu
Halaman ini difilmkan? Tentunya sangat menarik. Dan sayapun berandai-andai
siapa yang tepat dan pas untuk memerankan tokoh utama konflik novel ini, Sofiah
dan Hamdani. Hmmm, siapa, ya?
Eh
ada satu yang ngganjel buat saya.
Untuk seorang Hamdani, yang telah mampu membuat saya jatuh cinta pada sosok
utama sebuah novel, ketika menulis di buku catatan pemberian Dianti 'diary ala Hamdani', bahasanya terlampau
runut dan rapi sekali. Sepertinya kurang pas untuk sosok Hamdani yang
berkutatnya di hutan. Di luar itu, karya Kang Pepih selalu istimewa, menunjukkan
betapa banyak ruang dan pengalaman yang telah beliau jelajahi.
Cerita
mengalir dengan bahasa rapi, santai dan timbul hal-hal baru, swear novel ini tidak bosan untuk dibaca
ulang. Jujur saya mendapatkan banyak ilmu kepenulisan dengan bahasa epik di
sana dari suhunya langsung. Jadi, buat kamu yang penasaran sama kisah
cinta Sofiah dan Hamdani, ya musti ulik Perempuan Penyapu Halaman. Namun, ya
itu, hati-hati kalau sampai jatuh cinta sama tokohnya, ya.
Judul
Buku : Perempuan Penyapu Halaman
Penulis : Pepih Nugraha
Penerbit : Lembaga Literasi Dayak
Tahun
Terbit : Juli 2021
Halaman : xii-284 halaman
ISBN : 978-623-7069-86-7
0 komentar:
Posting Komentar