Review Buku ‘Ketika Pasien Bicara’, Kekuatan dan Ketabahan
Pasien Lupus
‘Ketika
Pasien Bicara’ akan lupus, buku dengan tema out of the box ini memang
bukan buku inspiratif biasa. Tak mudah lho berbicara tentang penyakit di tubuh.
Saat pasien mau berbagi, sebagai penyemangat, tangisan hingga ketabahan luar
biasa.
Buku Ketika Pasien Bicara |
Membuka
lembar buku dengan cover dominan putih menciptakan rasa berbeda. Jujur,
beberapa buku tentang rasa, kekuatan dan ketabahan seringkali menimbulkan
tangis tersendiri.
Namun,
dibaliknya ada pijar cahaya untuk semangat tanpa menyerah. Bahkan tak pernah
putus meski badai angin menerjang. Semua ada batas,
semua tanpa batas, hidup dan kehidupan yang tak pernah mampu dimengerti.
Tentang
Panggon Kupu
Membuka
lembar kedua, buku didesikasikan kepada para DPL (Dokter Pemerhati Lupus). Dalam
memperingati hari jadi ke-9 Panggon Kupu (6 Februari 2013 – 6 Februari 2022. Lupus
sendiri merupakan penyakit dengan sistem kekebalan tubuh menyerang jaringannya
sendiri.
Panggon
Kupu merupakan komunitas bagi Odapus (Orang Dengan Lupus) Semarang sebagai
wadah berkumpul, saling berbagi, mengisi dan tak merasa sendiri. Diresmikan
oleh Ketua Yayasan Lupus Indosesia, Tiara Savitri tanggal 6 Februari 2013.
Komunitas
diketuai oleh Yohana Septiana Kusumawardani seorang Odapus. Disemangati dan support
penuh oleh Prof. Dr. dr. Catharina Suharti, Sp.Pd-KHOM, Ph.D. Beliau menjadi
ibu bagi Odapus dan ibu sejati bagi kupu-kupu cantik Semarang.
Buku
ini penuh liku dalam perjalanan mencari narasumber, proses kepenulisan hingga
masuk cetak penerbit. “Buku yang mengajarkan banyak hal,” kata Mbak Hany
(Rohani Panjaitan), penanggung jawab buku ini.
Tentang
Buku ‘Ketika Pasien Bicara’
Ada
13 judul kisah inspiratif dengan penulis Rohani Panjaitan, Erien, Widya WJ,
Siti Nurun Na’imah, Riah Fazriah, Mu’rifah Siti, Hilada Wardani dan Wahyu
Maryaningsih. Tulisan dari beberapa penulis membuat pembaca tak bosan karena
gaya penceritaan mereka berbeda-beda.
Dikemas
dengan bahasa santai dan mirip cerita pendek, sehingga maknanya masuk banget ke
pembaca. Aku, yang membaca secara tidak urut tak merasa bingung. Karena
masing-masing kisah memang berdiri sendiri dari para narasumber Odapus.
Awal
baca sudah penuh burai air mata. Entahlah, di awal dedikasi saja mataku sudah
mbrambang, lanjut ke kisah pertama membuat rasa syukur terucap berkali-kali.
Ide membuat Panggon Kupu sebagai wadah sharing memang luar biasa. Tak
mudah memujudkannya di saat tubuh berjuang untuk bersahabat dengan lupus.
Sakit
dan uang satu hal yang tak dapat dipisahkan, sakit ada uang artinya dapat
berobat, tapi bagaimana tanpa uang sedikitpun? Di sini Sang Kuasa menunjukkan
kuasanya dengan rezeki tanpa diduga.
‘Sebening
Embun’ menjadi kisah nyata bahwa ada hal di luar kuasa yang Maha Tahu dari
segala tahu. Saat baca rasanya ikut hanyut, kepanikan kekurangan uang untuk orang
tua para Odapus, dan Dillah, orang dengan lupus.
Di
halaman 93 ada ‘Melanjutkan Langkah’, yang sedang berjuang mengatasi luka karena
lupus, akhirnya berpisah dari pasangan hidup. Sungguh, luka, ditambah luka yang
membuat emosi jiwa naik turun tanpa kompromi. Meskipun pada akhirnya menemukan
belahan jiwa yang mau menerima apa adanya, Mbak Rofik, perjuangan tanpa batas.
Di
kisah terakhir In Memoriam Hariyani Salma, Odapus, pasien dari dr. Budi
Setiawan, Sp.Pd-KHOM, yang ditulis Mbak Hani, sungguh menyentuh. Aku tak tahu
dimananya, tapi tangisku tak terbendung lagi. Pada akhirnya semua ada akhir,
untuk kembali ke Sang Khalik.
Apa
yang Menarik dari Buku ‘Ketika
Pasien Bicara’?
Buku
para Odapus dengan kisahnya yang luar biasa tak banyak ditemui di pasaran. Bahkan,
rasanya aku baru kali ini menemukannya. Narasumber dari berbagai kalangan dan
acak, serta bagaimana para dokter memperlakukan mereka dengan kesabaran luar
biasa.
Apa
yang menarik?
- Jarang
ada buku inspiratif tetang Odapus, buku ini bicara lengkap kisah pasien itu
sendiri dan orang terdekat yang merawatnya. Penyemangat tanpa henti, dokter
dengan kesabaran ekstra.
- Diceritakan
dengan gaya santai dan mengena. Terutama kegalauan, kesedihan, semangat pasang
surut, secara runut dan asyik untuk dibaca, hingga tuntas.
- Didesikasikan
untuk DPL yang memiliki kesabaran seluas samudra dan membuat pasien memiliki
semangat berkali lipat.
- Karena
kisahnya berdiri sendiri, dapat dibaca tidak urut. Mau langsung akhir dulu baru
kisah lain di bagian tengah buku, tak masalah, atau sebaliknya.
- Buku
tidak teralu tebal, tidak terlalu tipis, nyaman untuk dibaca kapan saja dan
dimana saja. Dimasukkan tas, simpel juga.
- Isi
berkualitas memberi semangat yang taka pernah putus. Saat masalah datang,
solusi muncul. Ketika mood buruk bagi para Odapus, mereka mendapatkan asupan
nutrisi semangat dari banyak sisi.
- Menjadi
lebih banyak bersyukur.
Ya,
kalimat terakhir benar-benar dalemmm banget dari hatiku. Kalau tak
percaya, dapat membaca langsung buku ini dengan pembelian secara online melalui
Mbak Hany di 0819 1446 8905.
Buku
Kisah Inspiratif yang Tak Biasa
Kusebut
tak bisa karena kisah dari buku ini memang jarang bahkan mungkin tak banyak
orang tahu akan lupus. Dari sini, pembaca akan mengetahui banyak hal yang tak
biasa.
Kekuatan
seseorang benar-benar dipertaruhkan ketika kondisi dengan penyakit tak biasa. Orang yang meninggalkan atau akan lebih
banyak teman dan keluarga memberi
semangat karena tak mudah berteman dengan lupus.
Banyak
pelajaran didapat dari banyak kisah dalam buku ini. Seperti yang telah kutulis
di awal: Semua ada batas, semua tanpa batas, hidup dan kehidupan yang tak
pernah mampu dimengerti.
Judul
buku : Ketika Pasien Bicara
(kumpulan Kisah Inspiratif)
Penulis : Rohani Panjaitan dkk.
Penerbit : Diandra Kreatif
Cetakan
Pertama : Januari 2022
Halaman : xii + 185 halaman
ISBN : 978-623-240-381-9
(cetak), 978-623-240-382-6 (digital)
Pemesanan
: 0819 1446 8905 (Rohani
Panjaitan)
Baca Juga:
Review Trio Detektif, Misteri Nuri Gagap
Terimakasih PANGGON KUPU,disini kami menemukan keluarga baru yang bersama-sama berjuang untuk hidup bersama LUPUS
BalasHapusTulisan Mbak Wahyu selalu keren. Isinya detail dan runut. Untaian kalimatnya tak biasa. ��������
BalasHapus