Angkringan Ngarep Kehutanan
Entahlah kenapa angkringan mengingatkanku pada koncoku sik uayuuu dewe
blogger Gandjel Rel yang pindah Temanggung, Mbak Dini Rahmawati. Padahal belum
pernah sekalipun bertemu Mbak Dini di angkringan ngarep kehutanan loh.
Gambar hanya pemanis |
Angkringan yang notabene adalah singgahan sejuta umat anak mapala fakultasku
nan legendaris itu.
Angkringan
Ngarep Kehutanan UGM
Angkringan ngarep kehutanan --aku dan yang lainnya menyebutnya seperti
itu-- berada di depan Fakultas Kehutanan UGM, Jogja. Angkringan mulai berbenah
sekitar jam 4 sore dan dipadati pengunjung biasanya sehabis magrib.
Dulu, aku tidak begitu ngeh dengan angkringan yang tampilan seperti
angkringan lainnya tersebut. Ngehku saat kakak angkatanku yang 99% cowok (karena
ceweknya cuma 5 biji kalau nggak salah), terutama genk Gitapala sukanya nongkrong
di situ.
Lhaya jelas ikut-ikutan walau bisa dibilang tidak terlalu sering.
Masalahnya aku paling suka sayuran dan buah-buahan. Dan, itu tidak kutemukan di
angkringan yang terkenal dengan sego bucin eh sego kucing nan murah meriah itu.
Angkringan
Strategis
Tempat angkringan memang strategis. Jika ada jadwal praktikum dan kelar
menjelang magrib, saat jalan keluar fakultasku (Teknologi Pertanian, yang
bersebelahan dengan Fakultas Kehutanan), jutulnya selokan Mataram. Tinggal
belok kiri dikit, tibalah di angkringan ngarep kehutanan dengan aroma kelezatan
sempurna.
Meskipun aroma jahe susunya menguar kuat, aku nggak pede lho jajan dewe
ke situ. Masalahnya apa coba? Yang beli dan nongkrong cowok semua, wkwkwk. Wes
deh, kalau nggak ada yang ngajakin nggak bakalan mampir sendirian.
Untungnya beberapa sahabat dekat adalah anak Gitapala FTP, yang sering nongkrong
di angkringan. Jadi ya auto familiar sama sego kucing, terutama saat uang
mencekik leher. Walaupun belinya titip atau dibeliin dan akhirnya kubawa pulang
kost.
Harganya aku lupa haha. Jangan diketawain, aku sudah riset ke Mbak Dini
sama grup angkatan juga pada lupa. Ada yang bilang 350 rupiah, ada yang bilang
500 rupiah,entahlah mana yang benar.
Sego
Kucing Murmer Andalan Anak Kost
Harga murmer tentu cocok buat anak kost dengan uang saku mepet. Sebungkus
sego kucing sangat terjangkau harganya. Eh tapi, ada tapinya loh:
Foto hanya pemanis |
1. Untuk
Cowok Tak Cukup Sebungkus
Untuk cowok, sebungkus jelas nggak cukup, paling nggak 3 atau 4 bungkus
sekaligus.
2. Isinya
Lengkap
Isinya nasi putih, gereh/ikan, mie sama kering. Ada pula isinya lain dan
akupun lupa.
3. Makan
di Tempat Paling Nikmat
Makan ngiras di angkringan nikmat sekali, sekalian ngesusu jahe
andalanku. Bangku panjang yang disediakan selalu sudah full, jadi ke tikar
lesehan yang digelar samping gerobak angkringan.
Samping angkringan banyak juga pedagang kaki lima lainnya sampai batas bangjo
prapatan Jakal (Jalan Kaliurang). Jualannya beragam, nasi goreng, pecel lele,
ayam bakar dan lain sebagainya. Bersatu padu jopa japu wewangiannya mampu
membuat rasa lapar mengoyak perut.
4. Andalanku
Andalanku waktu itu sego kucing sebungkus, sate usus, susu jahe, aneka
gorengan, ceker ayam dan kerupuk.
5. Bisa
Dihangatkan Lagi
Kelebihan dari angkringan adalah sate dan gorengannya biar anget dibakar
ulang sebentar terlebih dahulu, bikin semakin nikmat.
Porsi nasi sebungkus dan lain-lain segitu jelas kenyang. Jadi, walau
nasinya murah meriah, tetap saja totalitas harga jadi mbuh sebab ubo rampenya
tetap saja banyak.
Nah, angkringan Mas G ini –setelah aku tanya ke teman, karena akupun
lupa namanya— laris manis dan tutup jika sudah habis. Sekarang angkringan
ngarep kehutanan sudah tutup. Sepertinya sudah tidak diperbolehkan jualan di
depan kampus nan strategis itu.
Senthir dan
Kabar Terakhir
Ternyata, kabar terakhir, anak-anak pecinta alam zaman old masih berhubungan
dengan Mas G. Bahkan sekitar 3 tahun lali membuatkan rumah segala,
alhamdulillah. Kenangan angkringan ngarep kehutanan memang tak bakal terlupa,
banyak romantikanya di sana.
Aku colek mbak Dini, karena dia juga familiar banget dengan angkringan
tersebut. Dan ternyata beberapa sahabatnya kukenal melalui angkringan ngarep
kehutanan. Itupun setelah aku mengenal Mbak Dini di arena kepenulisan sekarang
ini.
Jika diperhatikan, angkringan jaman now sudah jarang menggunakan senthir.
Senthir merupakan lampu minyak sebagai penerang saat mati lampu. Sedangkan di
angkringan ditaruh gerobak sebagai penerang biar nggak remang-remang.
Kebanyakan jualnya sudah pakai penerangan dari PLN, pasti karena lebih praktis.
Lagipula sangat susah beli lengo tanah di hari gini…
Baca Juga:
Gitapala 30 Tahun Balik Kandang
Angkringan senantiasa menyuguhkan warna sari kehidupan
BalasHapus