Mewujudkan Kualitas Udara
Bersih Jakarta dengan Kesadaran dan Kepatuhan
Kalangan zaman old pasti dapat membandingkan kualitas
udara zaman dulu dan sekarang yang jauh berbeda.
Bagi yang tidak mengalami langsung, dapat melihat
hasil foto, video atau film zaman dulu dengan kemegahan Jakarta yang tampak
asri dan sejuk.
Selain itu dapat pula dengan mendengarkan cerita orang
tua tentang kesejukan udara yang jauh sekali berbeda dengan zaman gen z.
Sekarang ini, polusi merajalela, kualitas udara memburuk, macet
dimana-mana dan pengidap ISPA meningkat.
Kualitas Udara, Penyakit dan Alat
Transportasi
Menghirup udara bersih dan sehat adalah harapan semua penduduk Jakarta dan kota lain di Indonesia.
Menjadi isu yang masih terus
didengungkan, Media Briefing YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) mengungkap tema menarik pada Rabu, 15
November 2023 tentang:
"Sinergitas Sektor Transportasi dan Sektor Energi
untuk Mewujudkan Kualitas Udara Bersih di Kota Jakarta, dan Kota Kota Besar di
Indonesia". Nara sumber dari
pengurus harian YLKI Tulus Abadi dan Direktur KBR Citra Dyah Prastuti.
Dari YLKI dan KBR (Foto by ss zoom media briefing) |
Kemudian pada Kamis, 16 November 2023 dilanjutkan
dengan diskusi publik yang mengupas tuntas tentang sinergitas dalam mewujudkan
udara bersih Jakarta dan kota besar di Indonesia.
Beberapa hal penting yang perlu menjadi perhatian
adalah:
1. Penyakit ISPA Meningkat
Tulus Abadi mengungkapkan kualitas udara berpengaruh
pada kesehatan tubuh dan munculnya penyakit khususnya ISPA (Infeksi Saluran
Pernafasan Akut). Padahal semua orang memiliki hak untuk menghirup udara bersih seperti diungkap Citra Dyah.
Polusi udara dengan polutan yang sangat mengganggu
udara menciptakan udara kotor, akhirnya memicu munculnya berbagai penyakit.
2. Menyebabkan Penyakit Serius dalam
Jangka Panjang
Meskipun awalnya udara kotor hanya membuat batuk,
pilek atau pening yang kadang tak kunjung sembuh, tidak boleh diremehkan begitu
saja.
Sebab hal sepele ini jika dibiarkan akan menimbulkan penyakit
serius seperti darah tinggi, jantung koroner dan penyakit lain yang mengganggu
kinerja organ vital tubuh.
3. Semakin Meningkat Pengguna Motor
dan Mobil Pribadi
Salah satu penyebab udara kotor adalah gas buang atau
emisi cukup tinggi. Volume kendaran pribadi juga terus meningkat.
Mau tidak mau polusi udara terus bertambah seiring
banyaknya kendaraan yang melaju dan bertambahnya emisi gas buang.
4. Belum Optimalnya Transportasi
Publik
Sebetulnya, sudah banyak pilihan transportasi publik di
Jakarta seperti KRL dan MRT tapi belum cukup mengurangi emisi gas buang
sehingga polusi masih saja terjadi.
Bahkan jumlah penumpang dan alat transportasi masih
kurang relevan. Ujung-ujungnya, transportasi publik penuh dengan antrean
membludak.
5. Kendaraan Listrik Belum dapat
Dimaksimalkan
Kendaraan listrik sekarang ini sedang gencar disosialisasikan ke publik
tapi masih belum maksimal sebagai upaya meminimalisir gas buang.
Sebab, tempat maintenance kendaraan listrik belum
banyak dan harga baterai juga mahal. Padahal kendaraan listrik benar-benar
dapat membantu menuju zero emission.
Mewujudkan Kualitas Udara Bersih di
Jakarta
Berbagai upaya sudah dilakukan baik dari bidang
transportasi, energi dan kesehatan. Meskipun belum maksimal, tetap menjadi isu
yang harus terus menjadi perhatian.
Adapun upaya nyata untuk mewujudkan udara
bersih sehingga tubuh lebih sehat antara lain:
1. Selalu Hidup Sehat
Menurut dr. Aris Nurzamzami, MKM dari Dinkes DKI mengatakan
pihak kesehatan sudah berupaya mensupport dan mensosialisasikan kepada seluruh
elemen masyarakat untuk hidup bersih.
Dinkes DKI dr. Aris Nurzamzami, MKM (foto by ss zoom diskusi publik) |
Tak lupa juga selalu memberi himbauan untuk tetap rutin
mengenakan masker khususnya bagi yang rentan penyakit.
Mengelola stres sangat penting untuk mental health (Foto by ss zoom diskusi publik) |
Warga juga diminta mampu mengelola stres dengan healing terbaik. Secara sekarang ini begitu banyak hal yang mungkin dapat mengganggu
pikiran sehingga tingkat stres dapat diminimalisir.
2. Melakukan Uji Emisi
Bidang PPKL DLH DKI Jakarta juga melakukan langkah
cermat untuk uji emisi setiap bulan. Meskipun hasilnya belum signifikan
tapi diusahkan mampu menekan polusi udara yang terus menanjak.
Bidang PPKL DLH DKI (Foto by ss zoom diskusi publik) |
Tingkat kelolosan mencapai 0,79% dari 131.729 motor
yang melakukan uji emisi. Sedangkan untuk mobil 29,8% dari 1.225.247 mobil yang
melakukan uji emisi. Perlakuan uji emisi masih jauh dari seluruh total jumlah
kendaraan.
Hasil uji emisi (Foto by ss zoom diskusi publik) |
Meskipun demikian akan terus diupayakan agar uji emisi
maksimal dan polusi udara dapat dikurangi.
3. Bekerjasama dengan Bengkel untuk
Uji Emisi
Uji emisi untuk menghasilkan kualitas gas buang yang
bagus dari kendaraan dan agar warga mau melakukannya.
Agar semakin optimal, pihak terkait bekerjasama
dengan bengkel dengan biaya emisi 50 ribu rupiah. Dengan uji emisi diharapkan
gas buang aman dan kualitas udara semakin bersih.
4. Melakukan Integrasi Sistem
Pihak Dishub DKI Jakarta menjelaskan integrasi sistem
melalui Jak Lingko. Jak Lingko yaitu sistem terpadu yang mendukung
kebijakan peningkatan penggunaan angkutan umum massal dan pembatasan kendaraan
bermotor perseorangan.
Dari sistem integrasi maka akan terlihat kendaraan yang
sudah lolos uji emisi atau belum. Aplikasinya seperti biaya parkir lebih mahal
daripada yang sudah llos uji emisi.
5. Kesadaran dan Kepatuhan
Mengenai gas buang erat kaitanya dengan segi kesadaran
dan kepatuhan. Walau sudah didorong untuk uji emisi tapi masih banyak yang
belum melakukannya.
Dari Polri Bapak Edi Supriyanto (Foto by ss zoom diskusi publik) |
Dari Polda Metro Jaya, menurut Edi Supriyanto ada 4
variabel yang mempengaruhi kualitas uji emisi yaitu:
·
Kualitas
bahan bakar dapat mendorong kualitas agar sesuai standar.
·
Masalah
usia kendaraan sehingga mengharuskan setiap tahun uji emisi.
·
Aspek
perawatan dari pemiliknya sendiri. Bagaimana perawatannya apakah rutin atau
tidak sama sekali.
·
Bagaimana
teknologi kendaraan itu sendiri.
Penindakan oleh polisi tidak dapat bekerja sendiri dan
tidak bisa sendiri tapi bekerjasama dishub dan lingkungan hidup.
Selama ini masih saja terjadi pelanggaran terhadap
emisi gas buang karena berbagai faktor, antara lain:
·
Dari
pemilik sudah sadar bahwa perawatan adalah kebutuhan pemilik.
·
Penilangan
upaya terakhir dan kepatuhan bukan keterpaksaan.
·
Meningkatakan
kepatuhan dengan uji emisi gratis dan dilakukan untuk semua kalangan.
Bagaimanapun juga mewujudkan udara bersih memang menjadi
tanggung jawab bersama agar terjadi sinergitas dan hasilnya optimal. Kesadaran
dan kepatuhan menjadi upaya awal agar berjalan dengan baik dan lancar.
Penutup
Segi kepatuhan dan kesadaran memang tak bisa lepas untuk menciptakan udara bersih di Jakarta dan kota besar lainnya.
Jakarta (Foto by Pexels) |
Ke depan, diharapkan dapat melihat keasrian
metropolitan dengan udara bersih, asri dan sejuk sehingga meminimalisir berbagai
jenis penyakit berbahaya.
Dengan kesadaran dan kesadaran peduli lingkungan pasti
udara bersih bisa diwujudkan agar hidup sehat lebih berkualitas.
0 komentar:
Posting Komentar