Puding Tanda Cinta dan
Puding 1000 Hari Saat Ramadhan
Setiap
Ramadhan datang ada satu menu yang tak pernah ketinggalan yaitu puding. Kenapa
puding? Soalnya segar dan bisa buat campuran es buah atau es teler. Selain itu,
ada kisah yang hmmm, baru kali ini aku cerita, jadi limited edition gitu.
Kok
nggak gorengan? Wkwkw, gorengan iya juga tapi kan bosan kalo gorengan mulu. Jadi,
meskipun terdapat menu lain yang tak kalah lezatnya, puding menjadi incaran
orang serumah.
Ada berbagai
kisah tentang puding yang bikin aku selalu jatuh cinta sama menu satu ini.
Puding
Tanda Cinta
Aku nggak mau membahas resep bikin pudingnya, soalnya di IG, Youtube atau aplikasi
masak lain sudah banyak banget. Sudah kusebutkan di awal paragraf, aku hanya
mau cerita behind the scene tentang puding.
Sejujurnya,
sudah dari dulu aku suka urusan perpudingan yang rasanya segar lezat paripurna
ini. Semua jenis puding aku suka loh, baik puding original, coklat, buah-buahan
dan lain sebagainya.
Pokoknya
mau puding rasa manis, nggak manis atau biasa saja tetap idamanku dan keluarga.
Kisah
yang masih kuingat sebagai tanda cinta zaman kuliah. Zaman jadoel dulu itu, anak
mapala pada umumnya cari tambahan uang mudik saat Ramadhan dengan membuka pre
order pesanan takjil.
Pesanan
bisa berupa makanan, minuman dan yang lainnya salah satunya puding. Nah, di sinilah
puding tanda cinta ini bersemi. Ada salah satu cowok PO puding, sebagai tanda cinta sesama anak perantauan gitulah dan udang dibalik
bakwan.
Sore hari saat puding diantar, aku ya kaget lha ga paham orangnya yang mana juga. Eh, ada kertas ucapan selamat berbuka puasa gitu plus nama dan ungkapan syahdiyu.... Sambil kuingat-ingat, ini orangnya yang mana, duh...
Pudingnya
besar gitu ukurannya, walau rasanya biasa saja tapi cukup membuat bahagia semua
anak kost yang jumlahnya 7 orang. Ya, maklumlah namanya juga anak kost, tahu
sendirilah, ya.
Mendapatkan
puding gretongan saat berbuka puasa walaupun lezatnya biasa saja tetap saja rezeki menghebohkan.
Puding juga harus dihabisin soalnya kost murah meriah tidak ada kulkasnya buat menyimpan
kalo nggak habis.
Akhirnya
puding dimakan pas buka dan sahur sama seluruh anak kost. Untungnya pas sahur
masih enak dan habis. Alhamdulillah.
Puding
1000 Hari
Kejadiannya
baru beberapa hari yang lalu, pas nyewu atau 1000 hari mbak tercinta, aku dan
mbakku satunya lagi membuat puding khusus untuk tambahan snack box.
Karena pudingnya sudah jadi thumbnail, ini kufotoin waluhnya aja di kebun, ya
Pudingnya istimewa karena berbahan baku waluh atau buah labu hasil kebun sendiri. Dari satu waluh besar, bisa dibuat puluhan puding cup kecil dan besar.
Sehabis
sahur mbakku sudah mulai mengukus waluh, lalu diblender. Kemudian dengan
campuran jelli, agar-agar, susu dan gula mengolahnya menjadi puding waluh.
Selanjutnya
mulai menuangkan ke cup-cup hingga habis. Tak lupa, agar semakin manis kukasih
potongan daun pandan hasil kebun juga. Puding cuma satu layer saja karena waktu
mepet dan harus cepat bikinnya.
Puding
selalu menjadi kenangan karena sebelum meninggal, mbakku hanya mampu
mengkonsumsi makanan bertekstur lembut seperti puding atau bubur sumsum. Dan,
aku sering membuatkannya.
Jadi
sedih nulisnya, nih, sambil mbrebes mili. Semua kenangan seolah scene patah-patah
dan tak bakal terlupa sampai kapanpun.
Puding
untuk Campuran Aneka Es
Selain
puding original yang langsung dimakan, aku biasa pula mencampur puding dalam
campuran es buah atau es teler. Tinggal dipotong-potong saja, puding sudah
berganti rasa yang tak kalah istimewanya.
Puding buah naga hasil kebun juga
Biasanya,
aku bikin es campur berupa timun, buah naga, biji selasih dan puding. Ada
kalanya puding yang kubuat tanpa gula sama sekali karena jika dicampur untuk
aneka es, sudah manis dari susu serta sirup.
Meskipun
hidup di daerah lereng pegunungan, es campur dengan puding ini tetap khas dan
menu favorit seluruh keluarga. Rasanya segar dan benar-benar membuat
tenggorokan nyes gitu deh setelah seharian menjalankan ibadah puasa.
Masih ada
kisah lainnya selain nyewu dan puding kampus, kapan-kapan sajalah aku cerita
lagi, ya. Puasa gini lemas, alhamdulillah, masih bisa update blog.
Mana menu
favorit teman-teman nih? Puding kayak aku atau tetap gorengan? Aha, bisa
komen-komen ya!
Baca juga:
Beda dari yang Lain, Ini Target Ramadhan Versiku
Rumah Makan Haji Ismun, Menu Lezat untuk Buka Puasa
0 komentar:
Posting Komentar